NERACA
Jakarta - Tahun ini, PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA) menargetkan penjualan bersih tumbuh 57,8% menjadi Rp 508,91 miliar, dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp 322,56 miliar. Emiten pengelola udang ini mengungkapkan, pertumbuhan tahun ini akan kembali ditopang oleh pasar ekspor serta strategi pemerintah dalam memperkuat daya saing produk udang Indonesia. “Kami yakin, ekspor akan tetap menjadi tulang punggung penjualan, apalagi pemerintah terus mendorong kinerja ekspor udang melalui berbagai regulasi dan promosi internasional," kata Direktur Utama ISEA, Ibnu Syena Alfitra di Jakarta, kemarin.
ISEA saat ini mengoperasikan dua fasilitas produksi di Lampung yang dikelola langsung maupun melalui anak usahanya, PT Indokom Samudra Persada. Total kapasitas pengolahan udang Perseroan mencapai 70 ton per hari, ditopang oleh fasilitas cold storage berkapasitas 2.700 ton. Produk utama ISEA meliputi udang jenis Vannamei dan Windu, baik dalam bentuk mentah (raw), matang (cooked), hingga produk nilai tambah (value added product).
Selain pengolahan, ISEA juga menjalankan aktivitas budidaya udang Vannamei melalui PT Indokom Samudra Persada yang memiliki 96 kolam tambak. Hal ini memberikan nilai tambah pada rantai pasok serta memastikan kendali mutu dan keberlanjutan produksi.
Ibnu menambahkan, prospek industri udang nasional tetap cerah pada 2025, didukung fokus pelaku usaha pada efisiensi, inovasi produk, serta penguatan merek dagang Indonesia di pasar ekspor. Selain itu, tren pemulihan permintaan di pasar domestik turut menjadi penopang kinerja sektor perikanan dan kelautan.“Dengan kombinasi strategi efisiensi biaya, ekspansi produksi, dan peluang ekspor yang besar, kami optimistis ISEA mampu mencatatkan kinerja lebih baik secara berkelanjutan,”ujarnya.
Sepanjang tahun 2024, penjualan ISEA melonjak 61,91% secara tahunan menjadi Rp 322,56 miliar dari Rp 199,22 miliar pada 2023. Lonjakan ini mayoritas berasal dari ekspor yang meningkat 62,59% menjadi Rp 319,18 miliar. Meski mencetak pertumbuhan top line yang agresif, beban pokok penjualan (COGS) juga meningkat tajam 83,99% menjadi Rp 246,93 miliar akibat naiknya harga bahan baku udang. Alhasil, laba bruto hanya naik tipis 16,33% menjadi Rp 75,63 miliar.
Tekanan pada margin dan beban pajak membuat laba tahun berjalan Perseroan tergerus 80% menjadi Rp 348,74 juta, dari sebelumnya Rp 1,76 miliar. “Kami mengakui 2024 menjadi tahun penuh tantangan bagi pengendalian biaya. Namun kami telah menyiapkan strategi efisiensi yang lebih baik di 2025,” jelas Ibnu.
Tahun ini, manajemen ISEA memproyeksikan COGS akan mencapai Rp 383,58 miliar, meningkat 55,3% dibanding tahun lalu. Namun dengan pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dari peningkatan biaya, ISEA berharap dapat mencetak laba bersih Rp 7 miliar pada akhir 2025, atau melonjak lebih dari 1.900% dibanding tahun sebelumnya.
Ibnu juga mengungkapkan, dari sisi neraca, total aset ISEA per akhir 2024 tercatat Rp 437,27 miliar atau naik 26,63% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh naiknya ekuitas sebesar 64,03% menjadi Rp 179,27 miliar setelah Perseroan berhasil menghimpun dana hasil IPO sebesar Rp 72,5 miliar.
NERACA Jakarta —Emiten pertambangan, PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR) menargetkan peningkatan pendapatan 2025 sebesar 17,29%, dan laba tahun berjalan naik…
NERACA Jakarta – Danai ekspansi bisnisnya, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) berencana mencari pendanaan di pasar modal dengan melakukan…
NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, emiten farmasi PT Phapros Tbk (PEHA) membukukan pertumbuhan penjualan hingga 79% secara tahunan…
NERACA Jakarta —Emiten pertambangan, PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR) menargetkan peningkatan pendapatan 2025 sebesar 17,29%, dan laba tahun berjalan naik…
NERACA Jakarta - Tahun ini, PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA) menargetkan penjualan bersih tumbuh 57,8% menjadi Rp 508,91 miliar,…
NERACA Jakarta – Danai ekspansi bisnisnya, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) berencana mencari pendanaan di pasar modal dengan melakukan…