Sektor Keuangan Dangkal - Pendalaman Pasar Modal Harus Ditingkatkan

NERACA

Jakarta – Masih dangkalnya sektor keuangan Indonesia ketimbang negara-negara berkembang lain, khususnya di kawasan Aseanm menjadi pekerjaan rumah. Hal ini tercermin dari kontribusi rasio uang beredar (M2) dan kapitalisasi pasar modal (market cap) yang cukup rendah terhadap produk domestik bruto/PDB (gross domestic product/GDP).“Memang kita masih merasakan sektor keuangan kita relatif kurang dalam (dangkal), itu ditunjukkan dengan rasio M2 hanya sekitar 43% dan total market cap pasar modal itu 46% terhadap GDP,”kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa di Jakarta, kemarin.

Menurut data dari World Bank 2022, pada tahun 2022 rasio M2 Indonesia hanya menyumbang sekitar 43,50% terhadap GDP. Jika dibandingkan dengan negara sebayanya seperti Malaysia yang berkontribusi hingga 119,17%, disusul Filipina sebesar 85,87%, Thailand 143,89% dan Vietnam 122,54%. Sementara itu, menurut data dari Asian Development Bank 2022, market cap Indonesia tercatat menyumbang 46,27% terhadap GDP. Sedangkan negara Malaysia berkontribusi 93,82%, Filipina 59,01%, Thailand 122,01% dan Vietnam 41,62%.

Suharso menyebut bursa saham ini merupakan salah satu instrumen untuk memperdalam sektor keuangan domestik. Pasalnya, pengetahuan (knowledge) bertransaksi di pasar modal ini harus dimiliki oleh para pengusaha (entrepreneur) Indonesia. Dia menambahkan, selain investor ritel, pihaknya juga mendorong korporasi supaya lebih banyak lagi yang melantai di BEI. Terlebih dari jumlah emiten dan market cap beberapa negara lain sudah jauh lebih baik. “Saya juga ingin company-nya, corporate atau emitennya itu harus lebih banyak karena keterbukaan informasi akan menjadi lebih baik terutama para pengusaha di kelas menengah,” tutur Suharso.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi seperti dikutip CNCB Indonesia pernah bilang, pendalaman pasar modal Indonesia dibutuhkan segera dari sisi suplai dan demand. Berbagai upaya pun dilakukan OJK, mulai dari meningkatkan penetrasi investor ritel hingga variasi produk turunan (derivatif)."Tahun kemarin kita sudah ada bursa karbon di pasar modal kita, produk derivatif pun harus kita dorong untuk memperbanyak alat untuk investor. Kalau ini semua berjalan, saya yakin demand-nya pun semakin bertambah," ujarnya.

Dia mengatakan, potensi penambahan investor ritel masih sangat tinggi, namun dibutuhkan variasi produk yang lebih beragam. Indonesia pun bisa mempelajari negara tetangga yang kondisi pasar modalnya lebih dalam, dalam pengembangan produk selain saham. Dengan pengembangan produk derivatif maka bisa menjadi cuan baru di pasar modal. Bahkan ada pasar modal negara tetangga yang pasar modalnya digerakkan oleh produk turunan (derivatif) portofolio aset keuangan.”Jadi musti deepening market untuk menambah instrumen pasar modal. Sehingga likuiditas naik, nanti juga dari sisi demand, investor ritel berkembang, institusi juga berkembang," kata Inarno.

BERITA TERKAIT

Danai Peremajaan Mesin - TOTO Siapkan Belanja Modal Rp180 Miliar

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, emiten produk sanitasi PT Surya Toto Indonesia Tbk. (TOTO) menyiapkan belanja modal Rp180 miliar…

Ditopang Sinergi Kelompok Usaha Bank - Bank Jatim Optimis Laba Tumbuh 2,8 Kali Lipat

NERACA Jakarta –Prospek laba PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) di tahun 2025’ diyakini cemerlang, seiring terlaksananya aksi…

JAP Tender Wajib Saham HITS - Harga Penawaran Lebih Tinggi 184,48%

NERACA Jakarta – Menyusul rencana PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) yang bakal go private,  PT Joyo Agung Permata (JAP)…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Danai Peremajaan Mesin - TOTO Siapkan Belanja Modal Rp180 Miliar

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, emiten produk sanitasi PT Surya Toto Indonesia Tbk. (TOTO) menyiapkan belanja modal Rp180 miliar…

Ditopang Sinergi Kelompok Usaha Bank - Bank Jatim Optimis Laba Tumbuh 2,8 Kali Lipat

NERACA Jakarta –Prospek laba PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) di tahun 2025’ diyakini cemerlang, seiring terlaksananya aksi…

JAP Tender Wajib Saham HITS - Harga Penawaran Lebih Tinggi 184,48%

NERACA Jakarta – Menyusul rencana PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) yang bakal go private,  PT Joyo Agung Permata (JAP)…