NERACA
Jakarta - Pakar siber dari Information and Communication Technology (ICT) Watch, Indriyatno Banyumurti mengingatkan kepada masyarakat untuk menggunakan kata kunci atau "password" yang kuat untuk mencegah pencurian data.
"Password yang kuat itu paling tidak mengandung huruf besar dan huruf kecil, angka, dan simbol (bekasi). Digabung," ujarnya dalam talkshow bertema "Tanggung Jawab Konsumen dalam Bertransaksi" di sela Jakarta Kreatif Festival 2025, Jakarta Selatan, Minggu (8/6).
Pada kebanyakan kasus, lanjut dia, satu akun media sosial diretas lalu menyebabkan korban tak bisa membuka e-mail karena kata kunci yang sama. Oleh karena itu, dia menyarankan kata kunci yang berbeda untuk setiap akun baik itu media sosial atau pun email dan lainnya.
"Akun yang diretas itu, emailnya masih bisa dibuka tidak? Sebagian bilang tidak bisa karena passwordnya sama. Berhasil membobol satu, kemudian membobol yang lain. Password yang kuat harus beda setiap akun," jelas Indriyatno.
Menurut dia, cara mencegah data pribadi dicuri dengan mengaktifkan verifikasi dua langkah. Masukkan enam pin yang mudah diingat tapi sulit ditebak.
Ini berlaku termasuk pada aplikasi perpesanan instan semisal WhatsApp. Pengguna smartphone dengan sistem operasi Android, bisa memilih titik tiga di kanan atas, pilih setelan, pilih akun, dan pilih verifikasi dua langkah.
Sementara pengguna sistem operasi iOS misalnya iPhone, juga disarankan memilih setelan di kanan bawah, lalu pilih akun dan pilih verifikasi dua langkah.
"Verifikasi dua langkah kalau di motor itu kunci ganda. Tujuannya, bila akun WhatsApp di-hack (diretas) itu, pelaku tahu nomor telepon, OTP bisa direbut maka WA tidak akan langsung teralih tapi akan ditanya satu kali lagi, masukkan nomor pin," kata Indriyatno.
Dia mengajak masyarakat untuk berpikir kritis di era digital saat ini. Dia melarang orang-orang mengangkat telepon dari yang orang tidak dikenal apalagi panggilan video.
Begitu juga dengan link yang dikirimkan orang lain apalagi bila tak dikenal. Sebaiknya, jangan mengklik link yang dikirimkan dari orang yang tidak dikenal.
"Itu bisa mengambil alih data kita. Intinya bagaimana berpikir kritis, harus jeli, cermat di dunia digital. Pikirkan dampak buruknya dibanding dampak baiknya. Karena berbagai modus pencurian data, biasanya terus berkembang," ujarnya. Ant
NERACA Jakarta - Pengamat hukum dan pembangunan dari Universitas Airlangga Hardjuno Wiwoho mengatakan uji materi terhadap Perpu PUPN bisa menjadi…
NERACA Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Martin Daniel Tumbelaka mengapresiasi peran Polri dalam mendukung upaya pemerintah mewujudkan kedaulatan…
NERACA Jakarta - Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM) akan turun ke lapangan dalam waktu dekat untuk memastikan penanganan pengungsi akibat…
NERACA Jakarta - Pengamat hukum dan pembangunan dari Universitas Airlangga Hardjuno Wiwoho mengatakan uji materi terhadap Perpu PUPN bisa menjadi…
NERACA Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Martin Daniel Tumbelaka mengapresiasi peran Polri dalam mendukung upaya pemerintah mewujudkan kedaulatan…
NERACA Jakarta - Pakar siber dari Information and Communication Technology (ICT) Watch, Indriyatno Banyumurti mengingatkan kepada masyarakat untuk menggunakan kata kunci atau…