NERACA
Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan serapan udang nasional melalui kampanye gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan). Udang tidak hanya sebagai komoditas ekspor unggulan, tetapi sumber protein berkualitas tinggi yang dapat dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Indonesia.
“Udang bukan hanya untuk pasar ekspor. Kami ingin masyarakat Indonesia juga menikmati dan mencintai produk udang dalam berbagai bentuk olahan,” ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSKP), Tornanda Syaifullah di Jakarta.
Dalam rangka kampanye Gemarikan, pekan lalu KKP kembali menyelenggarakan bazar olahan hasil kelautan dan perikanan yang menjadi agenda rutin bulanan. Berbeda dari sebelumnya, bazar kali ini secara khusus mengangkat tema komoditas udang sebagai sorotan utama. Mulai dari udang segar, udang kupas, udang cook, hingga aneka produk siap saji seperti ebi furai, dimsum udang, udang goreng crispi, kerupuk udang, hingga terasi udang.
“Kami ingin menunjukkan bahwa udang sangat fleksibel untuk dikreasikan menjadi berbagai menu lezat, baik yang siap masak maupun siap santap. Masyarakat bisa lebih mudah mengkonsumsinya, apalagi dengan gaya hidup praktis saat ini,” tambah Tornanda.
Tidak hanya itu, KKP melalui Ditjen PDS juga terus menginisiasi kegiatan kreatif untuk mengembangkan potensi olahan udang sebagai peluang usaha. Salah satunya adalah workshop pembuatan pizza udang yang digelar beberapa waktu lalu, sebagai bentuk inovasi menu dan peluang wirausaha baru.
“Pada tahun 2023, serapan udang nasional dalam rumah tangga mencapai sekitar 242 ribu ton. Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin komoditas udang dan produk olahannya dapat menjadi champion di menu sehari hari masyarakat Indonesia,” jelas Tornanda.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah menekankan pentingnya peningkatan produksi dan kualitas hasil perikanan melalui penerapan program ekonomi biru. Strategi ini dinilai mampu memperkuat daya saing produk kelautan dan perikanan Indonesia di tingkat global.
Lebih lanjut terkait dengan udang, KKP mendapat dukungan dari Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) dalam mengembangkan industri rumput laut dan udang dalam negeri. Dukungan tersebut melalui kolaborasi pelaksaan Project Global Quality and Standards Programme (GQSP) Indonesia Fase 2 senilai 2 juta Euro yang akan berlangsung sampai tahun depan.
Tujuan utama proyek tersebut untuk memperkuat kontribusi rantai nilai rumput laut dan udang terhadap pembangunan ekonomi, mata pencaharian dan ekosistem agar tahan terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Melalui dukungan kerjasama dengan UNIDO ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan keberlanjutan produk perikanan Indonesia melalui inovasi, diversifikasi, peningkatan kualitas, dan kepatuhan terhadap standar kualitas produk perikanan dan kelautan.
Pelaksanaan proyek rumput laut dilakukan di Takalar, Jeneponto, Makasar, Maros (Sulsel), Wakatobi, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruna, Denpasar dan Karawang. Sedangkan untuk udang di Tarakan, Bulungan, Sidodarjo, Gresik, Pinrang, Barru, dan Lampung Selatan.
Trenggono menambahkan, pelaksanaan proyek hasil kolaborasi dengan Badan Khusus PBB tersebut sekaligus untuk mendukung program prioritas nasional seperti swasembada pangan, hilirisasi, dan makan bergizi. Dukungan tersebut diwujudkan melalui pengembangan teknologi pengolahan biostimulan rumput laut, budidaya udang, serta budidaya rumput laut jenis baru (Ulva) di beberapa wilayah percontohan.
KKP dan badan khusus PBB yang bermarkas di Vienna, Austria itu telah menjalin kerja sama sejumlah bidang sejak 2014. Kerja sama sebelumnya yakni melalui proyek SMART-Fish yang berjalan sejak 2014 hingga 2019. Kemudian proyek Global Quality and Standards Programmes (GQSP) Fase I dari 2019 hingga 2023.
Lebih lanjut, KKP mencatat tren ekspor perikanan Indonesia ke pasar global surplus sepanjang lima tahun terakhir pada periode 2018-2023. Jadi jika dilihat neracanya adalah surplus, itu karena impor hanya USD0,65 - 0,7 miliar, dan itu kecil hanya memenuhi pasar-pasar horeka (hotel restoran dan katering) di mana jenis-jenis ikannya tidak tersedia di Indonesia.
Lebih lanjut, jika melihat dari tren ekspor produk perikanan Indonesia selama lima tahun terakhir, pada tahun 2018 tercatat ekspor USD4,86 miliar, kemudian pada 2019 tercatat USD4,94 miliar, tahun 2020 tercatat USD5,21 miliar, tahun 2021 sebesar USD5,72 miliar, lalu pada tahun 2022 menjadi yang tertinggi di mana ekspor Indonesia tembus sebesar USD6,24 miliar, kemudian pada tahun 2023 sebesar USD5,63 miliar.
NERACA Tangerang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menggelar ekspose beragam produk impor yang diduga tidak sesuai ketentuan di gudang PT ATI,…
NERACA Jakarta – PT TASPEN (Persero) resmi mengumumkan pelaksanaan penyaluran Gaji Ketiga Belas Tahun 2025 kepada para penerima pensiun dan…
NERACA Jakarta — Dalam rangka mendorong peningkatan produktivitas dan keberlanjutan sektor perkebunan nasional, Tim Penilai Varietas (TPV) Tanaman Perkebunan resmi…
NERACA Tangerang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menggelar ekspose beragam produk impor yang diduga tidak sesuai ketentuan di gudang PT ATI,…
NERACA Jakarta – PT TASPEN (Persero) resmi mengumumkan pelaksanaan penyaluran Gaji Ketiga Belas Tahun 2025 kepada para penerima pensiun dan…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan serapan udang nasional melalui kampanye gerakan memasyarakatkan makan ikan…