Dampak Kebijakan Ekonomi Trump, Grant Thornton Indonesia Ungkap Strategi untuk Indonesia

NERACA

Jakarta – Kebijakan ekonomi yang diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah membawa perubahan signifikan pada dinamika ekonomi global. Sebagai mitra dagang dan investasi AS, Indonesia turut merasakan dampaknya, baik dalam bentuk tantangan maupun peluang. Grant Thornton Indonesia, menilai bahwa perubahan kebijakan ini menuntut respons strategis dari Indonesia agar tetap kompetitif di pasar internasional.

Salah satu kebijakan utama yang berdampak langsung pada Indonesia adalah langkah proteksionisme perdagangan dan kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump. Peningkatan tarif impor serta renegosiasi berbagai perjanjian perdagangan berpotensi menimbulkan tantangan baru dalam hal ekspor Indonesia ke AS, terutama di sektor tekstil, manufaktur, serta komoditas unggulan seperti minyak kelapa sawit dan karet. “Indonesia perlu segera memperkuat hubungan dagang dengan pasar alternatif seperti negara-negara Asia, Timur Tengah, dan Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor ke AS,” ujar Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia, Rabu (12/2).

Selain itu, reformasi pajak yang diberlakukan di AS bertujuan menarik lebih banyak investasi kembali ke dalam negeri, yang berpotensi mengurangi arus investasi asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, menurut Grant Thornton Indonesia, situasi ini juga dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya dengan menciptakan kebijakan insentif investasi yang lebih menarik dan kondusif bagi investor global.

Di sektor keuangan, kebijakan moneter AS yang ditandai dengan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve berpotensi memperkuat dolar AS, yang dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Melemahnya rupiah dapat memengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia, terutama bagi sektor yang bergantung pada impor dan utang dalam mata uang asing. “Fluktuasi nilai tukar tidak bisa dihindari, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana Indonesia membangun ketahanan ekonomi dengan memperkuat cadangan devisa dan memastikan kebijakan fiskal yang fleksibel,” jelas Johanna.

Selain kebijakan ekonomi dan perdagangan, perubahan kebijakan pemerintahan Trump terhadap bantuan luar negeri melalui United States Agency for International Development (USAID) juga berdampak pada Indonesia. Pemerintahan Trump telah mengurangi anggaran bantuan luar negeri, termasuk untuk program-program pembangunan, kesehatan, dan pendidikan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pemangkasan ini dapat memengaruhi inisiatif pembangunan berkelanjutan serta proyek-proyek sosial yang selama ini didanai oleh USAID di Indonesia. “Berkurangnya dukungan dari USAID berarti Indonesia perlu mencari sumber pendanaan lain untuk program-program sosial dan pembangunan. Kolaborasi dengan sektor swasta dan organisasi internasional menjadi semakin penting untuk mengisi kesenjangan ini,” ungkap Johanna.

Kebijakan energi dan lingkungan yang lebih longgar di bawah pemerintahan Trump juga memberikan dampak bagi Indonesia, terutama dalam perdagangan energi global. Dengan fokus AS pada eksplorasi energi domestik, harga minyak dan batu bara di pasar internasional dapat mengalami fluktuasi yang mempengaruhi ekspor energi Indonesia. Grant Thornton Indonesia menilai bahwa di tengah perubahan ini, Indonesia harus proaktif dalam mencari pasar alternatif dan memperkuat industri energi berbasis keberlanjutan.

Johanna pun menambahkan, “Indonesia memiliki potensi besar untuk tetap kompetitif di tengah perubahan kebijakan AS. Dengan memperkuat daya saing industri lokal, meningkatkan diversifikasi pasar ekspor, serta menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif, Indonesia dapat mempertahankan posisinya dalam perekonomian global. Sinergi antara pemerintah dan sektor swasta sangat krusial dalam menghadapi tantangan ini. Reformasi kebijakan yang progresif serta pendekatan strategis dalam menarik investasi dapat membantu Indonesia tetap tumbuh di tengah ketidakpastian global.”

Grant Thornton Indonesia menekankan bahwa untuk mempertahankan daya saing ekonomi, Indonesia perlu terus melakukan reformasi struktural, memperkuat kebijakan insentif bagi investor, serta meningkatkan daya saing industri domestik. “Perubahan kebijakan global adalah hal yang tidak dapat dihindari, tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita meresponsnya dengan strategi yang tepat agar Indonesia tetap menjadi pemain utama dalam perekonomian global,” tutup Johanna Gani. (Mohar)

 

BERITA TERKAIT

Semen Baturaja Catat Kinerja Cemerlang, Laba Bersih Kuartal I - 2025 Meroket 864%

NERACA Baturaja – Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), permintaan semen nasional pada Kuartal I-2025 tercatat menurun sebesar 7,4% dibandingkan…

PNM Dorong Pengentasan Kemiskinan Antargenerasi Melalui Beasiswa Pendidikan Bagi Anak Nasabah

NERACA Jakarta – Kemiskinan masih menjadi tantangan besar dalam pembangunan sosial dan ekonomi di Indonesia. Bukan hanya berdampak pada kualitas…

Wali Kota Sukabumi Tekankan Pentingnya Konektivitas Antar Perangkat Daerah - Buka FPD Bappeda

NERACA Sukabumi - Penyusunan Rencana Strategis (Renstra), tidak boleh hanya didasari pada persoalan teknis atau keterbatasan anggaran. Melainkan, perlu dibentuk…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

PNM Dorong Pengentasan Kemiskinan Antargenerasi Melalui Beasiswa Pendidikan Bagi Anak Nasabah

NERACA Jakarta – Kemiskinan masih menjadi tantangan besar dalam pembangunan sosial dan ekonomi di Indonesia. Bukan hanya berdampak pada kualitas…

Wali Kota Sukabumi Tekankan Pentingnya Konektivitas Antar Perangkat Daerah - Buka FPD Bappeda

NERACA Sukabumi - Penyusunan Rencana Strategis (Renstra), tidak boleh hanya didasari pada persoalan teknis atau keterbatasan anggaran. Melainkan, perlu dibentuk…

SCG Kembali Hadirkan Program Beasiswa Sharing The Dream 2025 - Komitmen Dukung Pembangunan Pendidikan Nasional

NERACA Sukabumi - Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung pembangunan pendidikan nasional, SCG, perusahaan regional terkemuka, kembali meluncurkan program beasiswa SCG…