Terapkan Papan Pemantauan - Volatilitas Harga Saham di Pasar Turun Signifikan

NERACA

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklaim bahwa penerapan penuh papan pemantauan khusus dengan mekanisme perdagangan full call auction (FCA) sejak Maret 2024, berhasil menurunkan volatilitas harga saham secara signifikan. “Kalau kita melihat dari penerapan dari papan pemantauan khusus baik pada periode hybrid di pertengahan atau Juni 2023 sampai dengan penerapan full seluruh kriteria di papan pemantauan khusus pada bulan Maret 2024 terjadi penurunan volatilitas harga,”kata Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan BEI dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Disampaikannya, volatilitas harga yang awalnya tinggi berhasil dikurangi menjadi lebih stabil setelah penerapan penuh papan pemantauan khusus dengan mekanisme perdagangan full call auction. Dari 69 saham yang terdaftar pada periode tersebut, 20 saham tetap dipertahankan sementara 28 saham lainnya keluar dari daftar. Mayoritas saham yang baru masuk memenuhi kriteria 1, yaitu saham-saham dengan harga rata-rata enam bulan di bawah Rp51 per saham.

Jeffrey menambahkan, dari saham-saham yang keluar, sebanyak 13 saham tidak memenuhi kriteria 7 terkait likuiditas. Hal ini menandakan adanya peningkatan likuiditas pasar. Ini sesuai dengan tujuan utama BEI yakni memberikan pengalaman investasi yang lebih baik bagi investor ritel melalui mekanisme perdagangan full call auction.

Sebagaimana diketahui, BEI tmelakukan revisi terbaru terhadap kriteria masuk dan keluar saham. Perubahan ini berlaku sejak satu minggu lalu untuk kriteria 1, 6, 7, dan 10. “Dan karena ini baru diberlakukan satu minggu, tentu kami belum dapat menyampaikan hasil atas evaluasi penerapan merevisi peraturan ini,”katanya.

Sebelumnya, Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto pernah bilang, perdagangan saham dengan mekanisme Periodic Call Auction (PCA) blind orderbook dalam PPK dapat mengurangi risiko manipulasi harga karena tidak adanya informasi bid/offer.

Di sisi lain, dengan terbatasnya informasi bid/offer dan mekanisme yang berbeda, menurutnya, mekanisme ini menjadi kurang nyaman bagi investor yang terbiasa melakukan trading harian.“Untuk menaikkan atau menurunkan harga secara signifikan, para spekulan membutuhkan informasi antrean harga dan volume. Dengan tidak tersedianya informasi tersebut dan harga done di harga yang sama, maka untuk melakukan manipulasi harga membutuhkan jumlah uang yang besar,”kata Rudi.

 

BERITA TERKAIT

Targetkan Satu Juta Homepass Baru - Inet Raih Kontrak Pembangunan Jaringan Fiber To The Home

Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menyampaikan rencana strategis kedepannya. Perseroan melalui anak usahanya PT Internet…

Buka Era Baru Investasi Obligasi di Indonesia, Indo Premier Sekuritas Luncurkan IPOT Bond

    NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…

Panca Budi Incar Penjualan Rp5,78 Triliun

NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Targetkan Satu Juta Homepass Baru - Inet Raih Kontrak Pembangunan Jaringan Fiber To The Home

Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menyampaikan rencana strategis kedepannya. Perseroan melalui anak usahanya PT Internet…

Buka Era Baru Investasi Obligasi di Indonesia, Indo Premier Sekuritas Luncurkan IPOT Bond

    NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…

Panca Budi Incar Penjualan Rp5,78 Triliun

NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…