Gerakan boikot konsumen muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina, bukannya surut malah makin gencar menghantam merek-merek global tersebut, khususnya tiga merek besar: McDonald’s, Starbucks dan Danone. Belakangan, aksi boikot massal ini juga digelorakan via aplikasi pesan instan (chatting) paling popular WhatsApp.“Ini bukanlah boikot langsung, melainkan perasaan tidak senang yang mendalam terhadap Israel,” kata Putra Kelana di Medan, Sumatera Utara, kepada Al Jazeera, tentang alasannya memboikot produk makanan siap saji global, McDonald’s (20/3).
Kelana, yang bergabung dalam grup WhatsApp di mana anggotanya secara berkala memposting daftar produk yang harus dihindari, juga telah berhenti minum air minum Danone Aqua, terutama setelah maraknya pemberitaan bahwa produsen Prancis, Danone, berinvestasi di beberapa perusahaan dan startup Israel.
Di seluruh Asia Tenggara, seruan untuk memboikot produk yang dianggap memiliki hubungan dengan Israel telah berdampak pada tergerusnya keuntungan merek-merek besar global. Pada Februari lalu, McDonald’s mengatakan bahwa perang Gaza adalah salah satu alasan kenapa penjualan internasional hanya naik 0,7 persen selama kuartal keempat tahun 2023, turun tajam dari ekspansi 16,5 persen selama periode yang sama tahun sebelumnya.“Dampak yang paling terasa adalah di Timur Tengah dan di negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia,” kata CEO McDonald’s Chris Kempczinski.
Merek-merek lain yang terkena dampak boikot termasuk Unilever dan waralaba kopi Starbucks. Unilever, yang memproduksi sabun Dove, es krim Ben & Jerry’s, dan kaldu berbentuk kubus Knorr, mengatakan pada Februari, bahwa penjualan di Indonesia anjlok dua digit selama kuartal keempat tahun lalu.
Isna Sari, seorang ibu rumah tangga di Medan, mengatakan bahwa dia telah mengubah daftar belanja mingguannya sejak awal penghancuran Gaza oleh Israel, termasuk meninggalkan cairan pencuci piring Sunlight, yang dimiliki oleh Unilever, dan berpindah ke merek lokal Mama Lemon.“Saya juga mulai membeli pasta gigi Ciptadent daripada Pepsodent, yang juga dimiliki oleh Unilever,” kata dia kepada Al Jazeera. “Selain produk-produk tersebut bukan pendukung Israel, harganya juga lebih murah.”
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI), Ahmad Himawan merekomendasikan boikot massal atas 10 merek perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia, yakni: Starbucks, Danone, Nestle, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca Cola Group, McDonald’s, Mondelez, Burger King, dan juga kurma produksi Israel.
Bahkan jelang bulan Ramadhan, pasca keluarnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 83/2023, gerakan boikot konsumen Muslim juga makin diperkuat dengan dukungan MUI melalui deklarasi berupa instruksi atau “Irsyadat Majelis Ulama Indonesia”. Salah satu dari lima poin instruksi MUI itu secara tegas, “Menyeru umat Islam agar mulai bulan Ramadhan ini untuk tidak menggunakan lagi produk yang diproduksi oleh perusahaan yang terafiliasi dengan penjajah Israel dan pendukungnya, seperti produk kebutuhan konsumsi sahur, berbuka puasa, dan barang hantaran Lebaran (hampers) maupun produk-produk lainnya.”jelasnya.
Bantu pemerintah wujudkan ketahanan pangan, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), melalui Bakti BCA, bersama Yayasan Kopi Nasional (YKN) dan…
Komitmen berikan dampak langsung kepada masyarakat, Sinar Mas Agribusiness and Food, Tzu Chi Indonesia, dan ADM berikan program pemberdayaan masyarakat…
Dukung pemerintah menekan angka pengangguran dan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dengan membangun wira usaha muda menjadi solusinya. Oleh karena itu,…
Bantu pemerintah wujudkan ketahanan pangan, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), melalui Bakti BCA, bersama Yayasan Kopi Nasional (YKN) dan…
Komitmen berikan dampak langsung kepada masyarakat, Sinar Mas Agribusiness and Food, Tzu Chi Indonesia, dan ADM berikan program pemberdayaan masyarakat…
Dukung pemerintah menekan angka pengangguran dan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dengan membangun wira usaha muda menjadi solusinya. Oleh karena itu,…