Stakeholder Didorong Intensifikasi dan Ekstensifikasi

NERACA

Surabaya - Menteri Pertanian,  Andi Amran Sulaiman mendorong seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di sektor perkebunan khususnya tebu untuk bergerak secara eksponensial dalam meningkatkan produksi gula nasional.

“Kita harus bergerak eksponensial. Seperti yang sudah terjadi pada sektor pangan, stok beras dan jagung kita saat ini tertinggi sepanjang sejarah kemerdekaan, sekarang giliran tebu yang kita benahi,” ujar Amran dalam Rapat Koordinasi (Rakor) di Kantor PT. SGN di Surabaya, Jawa Timur.

Amran menegaskan bahwa pengembangan tebu nasional akan difokuskan pada dua strategi utama yakni intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi mencakup perbaikan irigasi, penggunaan benih unggul, pengolahan tanah yang efisien, dan penanganan serius terhadap kondisi ratoon.

“Bayangkan, 86 persen ratoon kita sudah 3 keatas, berarti sudah rusak kan. Nah, kita harus selesaikan ini dalam waktu singkat. Paling lambat 3 tahun kita harus bongkar ratoon, seluruhnya harus dibongkar, tidak ada pilihan,” tegas Amran. 

Adapun untuk mendukung intensifikasi, pemerintah siap memberikan bantuan dalam bentuk pupuk bersubsidi, perbaikan infrastruktur pertanian, hingga dukungan benih yang berkualitas melalui sinergi dengan BUMN seperti PTPN. Sementara untuk ekstensifikasi, pemerintah telah menargetkan perluasan lahan tebu baru hingga 200.000 hektare melalui kolaborasi dengan PTPN, sebagai bagian dari total 500.000 hektare lahan tebu yang sedang diupayakan.

“Ini bukan target maksimal (lahan), ini target minimal. Bisa mulai disiapkan tahun ini dan diselesaikan paling lambat tiga tahun. Anggaran untuk gula kalau untuk PTPN ya, diperkirakan Rp10 hingga Rp40 triliun,”ucap Amran.

Dalam Rakor tersebut, Amran juga menyoroti sejumlah regulasi yang perlu disederhanakan agar tidak menghambat para petani dan pelaku industri. Salah satunya adalah sistem akumulasi pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dinilai justru menyulitkan petani untuk kembali mengakses pembiayaan.

 “Kredit KUR (Kreditt Usaha Rakyat) itu harus disesuaikan. Kalau petani bayar lancar tiap tahun, kenapa tidak bisa ambil lagi? Harusnya tiap tahun bisa diakses tanpa akumulasi yang menghambat, karena saat ini setelah Rp500 juta, enggak bisa ngambil lagi,akumulasi. Nah ini kan menghambat,” kata Amran.

Terkait kondisi gula nasional saat ini, Mentan mengungkapkan bahwa produksi gula dalam negeri terus mengalami peningkatan. Tahun ini, produksi nasional diperkirakan mencapai 2,9 juta ton, tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini terbilang positif mengingat ketidakpastian iklim global yang terjadi saat ini.

 

“Diperkirakan produksi (gula) tahun ini 2,9 juta ton, dan itu tertinggi. Kita optimis swasembada gula segera tercapai. White sugar kita sudah hampir mencukupi kebutuhan dalam negeri. Artinya, kita sedang menuju swasembada, kita mau bukan hanya gula untuk konsumsi, tapi juga industri,” jelas Amran.

 Seperti diketahhui, produksi gula nasional Tahun 2024 mencapai 2,46 juta ton atau naik 8,57 persen dibandingkan produksi Tahun 2023 yang sebesar 2,27 juta ton. Berdasarkan perkiraan awal Tahun 2025, produksi gula tahun ini diperkirakan sebesar 2,901 juta ton. Saat ini, Kementan fokus untuk percepatan swasembada gula dengan target gula konsumsi selambatnya dapat dicapai pada tahun 2028, sedangkan gula industri pada tahun 2030.

Dengan melihat tren saat ini, Amran optimis swasembada gula dapat terwujud lebih cepat dari target yang ditetapkan.

Seperti diketahui, Peraturan Presiden (Perpres) No. 40 Tahun 2023 menargetkan swasembada gula konsumsi tercapai pada 2028, dan swasembada gula industri serta bioetanol pada 2030. Saat ini, produksi gula nasional pada 2024 tercatat 2,46 juta ton, naik 8,57 persen dari 2023. Namun, kebutuhan nasional mencapai 8,1 juta ton, sehingga masih perlu tambahan 5,6 juta ton untuk mencapai swasembada.

Kementerian Koperasi (Kemenkop) bersama Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) bakal memperkuat ekosistem petani tebu di Jawa Timur (Jatim), khususnya di Koperasi Produsen Usaha Bersama (KPUB) Rosan Kencana berikut koperasi-koperasi primernya, dalam  memproduksi tebu guna menjaga ketahanan pangan sektor gula nasional.

"Kita akan berkolaborasi dengan stakeholder lainnya seperti para Kepala Dinas setempat, Pabrik Gula (PG), dan koperasinya," ucap Direktur Utama (Dirut) LPDB Supomo.

Tidak hanya itu, Supomo menjelaskan bahwa kolaborasi itu penting agar penyaluran dana bergulir bisa tepat sasaran dan tepat guna.

"Jadi, Kemenkop melalui LPDB akan memastikan bahwa dana yang disalurkan itu bisa kembali dan bisa disalurkan kembali kepada para petani lainnya," kata Supomo.

 

BERITA TERKAIT

Praktik IUUF Sejak 2020, Selamatkan Kerugian Negara Rp13 T

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan bahwa pemberantasan terhadap kegiatan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak…

Indonesia dan Jepoang Mou Sebesar USD 200,8 Juta

NERACA Osaka – Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri didampingi Direktur Jenderal  Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Fajarini…

Kios Penjual Pupuk Nakal di Lumajang Ditutup

NERACA Lumajang — Menteri Pertanian Republik Indonesia Andi Amran Sulaiman menegaskan pihaknya akan melindungi petani dari praktik penjualan pupuk bersubsidi…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Stakeholder Didorong Intensifikasi dan Ekstensifikasi

NERACA Surabaya - Menteri Pertanian,  Andi Amran Sulaiman mendorong seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di sektor perkebunan khususnya tebu untuk bergerak…

Praktik IUUF Sejak 2020, Selamatkan Kerugian Negara Rp13 T

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan bahwa pemberantasan terhadap kegiatan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak…

Indonesia dan Jepoang Mou Sebesar USD 200,8 Juta

NERACA Osaka – Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri didampingi Direktur Jenderal  Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Fajarini…

Berita Terpopuler