Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi
Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo
Kinerja perekonomian nasional tidak bisa terlepas dari peran perbankan, terutama dari aspek pembiayaan dan permodalan. Terkait ini tidak bisa dipungkiri tantangan ke depan semakin kompleks, yaitu tidak saja terkait perkembangan iklim sospol yang cenderung semakin memanas dan juga konflik bilateral dan multilateral tetapi juga perkembangan teknologi yang memungkinkan model digitalisasi layanan perbankan, terutama berbasis self-service technologies.
Perbankan pada umumnya tidak dapat mengabaikan urgensi investasi di bidang teknologi perbankan terbarukan. Di satu sisi, tuntutan modernitas layanan juga tidak bisa terlepas dari karakteristik yang melingkupi nasabah sementara di sisi lain ekspansi dan pembukaan kantor cabang baru juga perlu mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas kinerja operasionalnya.
Tantangan kompleks bagi perbankan tidak bisa terlepas dari kondisi riil masyarakat dan nasabah pada khususnya. Paling tidak, hal ini juga berkaitan dengan kemampuan bayar kredit dan juga potensi penyaluran kredit. Tidak bisa dipungkiri kondisi saat ini secara tidak langsung berdampak terhadap kemampuan bayar sehingga hal ini berpengaruh ke NPL imbas dari risiko kredit macet.
Padahal, perbankan menjadi ujung tombak realisasi kredit untuk UMKM, sementara banyak UMKM terdampak kondisi global saat ini dan pastinya berdampak sistemik terhadap semua komponen, apalagi daya beli cenderung semakin turun sementara ancaman PHK massal semakin jamak terjadi. Mengacu survei ADB ada 48,6% UMKM di Indonesia terdampak kondisi ekonomi global sehingga ini berpengaruh terhadap daya beli karena terjadi peningkatan kemiskinan, pengangguran dan PHK massal. Artinya, perlu kewaspadaan dalam mencermati perkembangan global.
Tantangan perkembangan teknologi bagi perbankan berkaitan dengan tuntutan investasi dalam pengembangan adopsi teknologi. Setidaknya hal ini untuk meningkatkan kualitas layanan digitalisasi perbankan dan juga bagian dari kualitas layanan online. Terkait hal ini bahwa era kekinian tuntutan terhadap aplikasi 5G sudah di depan mata dan pastinya ini membutuhkan edukasi dan adopsi kepada semua pihak, bukan hanya bagi perbankan tapi juga masyarakat dan nasabah secara keseluruhan.
Realitas 5G dan keberagamannya memberikan kesempatan untuk tumbuhnya fintech yang pada dasarnya juga merupakan pesaing dalam layanan digitalisasi di bidang finansial kepada publik. Jadi, perbankan di era now tidak bisa menutup mata terhadap ketatnya persaingan dan juga komitmen bagi peningkatan kualitas layanan, terutama yang berbasis self-service technologies. Betapa tidak, persaingan di sektor perbankan yang homogen memberikan dampak terhadap laju ketatnya persaingan, sementara nasabah sendiri ada 2 tipe yaitu high tech dan high touch dengan tuntutan pelayanan yang berbeda.
Terlepas dari problem kompleks dan tantangan ke depan yang semakin pelik, pastinya perbankan tetap mencatatkan laba di masa rentan saat ini, mesk di sisi lain perolehan itu masih kurang maksimal dibandingkan periode yang sama sebelumnya. Penurunan terkait fakta memanasnya iklim sospol, kondisi global yang berlanjut resesi sehingga fee based income juga turun. Oleh karena itu, pada awal tahun 2025 masih berlanjut dan prediksi terhadap profit dimungkinkan masih belum maksimal. Jadi, potensi penyaluran kredit di tahun 2025 juga turun.
Penurunan ini jelas berdampak sistemik terhadap proyeksi di aspek penerimaan atau profit perbankan. Selain itu sebagai konsekuensi tugas melayani penyaluran kredit UMKM maka ancaman di tahun 2025 juga bias meredup karena dari kemampuan UMKM juga dipastikan belum pulih. Di sisi lain, kinerja penyaluran kredit pada kuartal II 2025 bagi UMKM belum bisa tumbuh maksimal dan diprediksi kejadian ini berlanjut sampai semester II-2025 mendatang.
Jadi, perbankan perlu mendermati hal ini agar kinerjanya sampai akhir tahun 2025 bisa moncer meski di tengah ketidakpastian terutama akibat memanasnya ekonomi global yang diperparah oleh konflik bilateral dan multilateral. Selain itu, pemetaan terhadap potensi kredit juga perlu dikaji cermat agar tidak banyak terjadi kredit macet yang merugikan perbankan, UMKM dan masyarakat.
Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta Pada kuartal pertama tahun 2025, ekonomi nasional tengah menghadapi tekanan…
Oleh: Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian Industri manufaktur di berbagai negara saat ini tengah menghadapi dampak dari ketidakpastian ekonomi…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Menapaki akhir semester I 2025 tidak bisa…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Kinerja perekonomian nasional tidak bisa terlepas dari…
Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta Pada kuartal pertama tahun 2025, ekonomi nasional tengah menghadapi tekanan…
Oleh: Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian Industri manufaktur di berbagai negara saat ini tengah menghadapi dampak dari ketidakpastian ekonomi…