BEI Sebut 9 Calon Emiten Jumbo Antre IPO

NERACA

Jakarta — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 29 perusahaan dalam pipeline penawaran umum perdana saham atau IPO hingga 16 Mei 2025. Dari jumlah ini, sebanyak 9 calon emiten memiliki aset di atas Rp250 miliar. “Sampai saat ini, terdapat 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham,”kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Saat ini, pihak BEI menyebutkan, ada 14 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun sebesar Rp7,01 triliun dan 29 perusahaan mengantre IPO. Dari total perusahaan dalam pipeline IPO, sebanyak 17 calon emiten memiliki aset skala menengah atau berada di rentang Rp50 miliar hingga Rp250 miliar.

Sementara itu, 9 perusahaan masuk dalam kategori aset besar atau di atas Rp250 miliar, dan 3 perusahaan tergolong emiten dengan aset kecil di bawah Rp50 miliar. Adapun secara sektoral, data BEI menunjukkan pipeline IPO didominasi oleh perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals sebanyak 5 entitas, disusul sektor consumer cyclicals dan keuangan masing-masing sebanyak 4 perusahaan.

Sektor energi, kesehatan, industri, serta transportasi dan logistik masing-masing diwakili oleh 3 perusahaan, lalu sektor teknologi menyumbang 2 perusahaan, sementara basic materials dan infrastruktur diwakili 1 entitas. Nyoman mengatakan bahwa otoritas bursa terus mendorong perusahaan dengan skala besar yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan jangka panjang.“Kehadiran perusahaan tercatat dengan skala besar diharapkan dapat memperkuat struktur dan likuiditas pasar serta menarik lebih banyak minat investor,” ujarnya.

Dia menyatakan bahwa BEI sudah menyusun kajian terkait IPO yang melibatkan beberapa pemangku kepentingan untuk menjadi narasumber, mulai dari grup usaha besar, investor institusi maupun ritel, hingga pemerintah. Langkah tersebut bertujuan supaya BEI mengetahui minat perusahaan-perusahaan besar untuk melakukan penawaran umum perdana, sekaligus merumuskan usulan perbaikan peraturan dan mengakomodasi kebutuhan perusahaan. 

Inarno Djajadi Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pernah mengatakan, masalah-masalah ekonomi global memang menjadi persoalan utama, namun persiapan internal perseroan sebelum melantai di bursa menjadi satu persoalan penting lainnya yang mesti diperhatikan.

Dirinya menjelaskan, calon perusahaan juga mesti memperhatikan hal detail, seperti pemilihan waktu IPO hingga valuasi terhadap harga saham saat akan melakukan IPO. ”Tetapi kami melihat bahwasanya peluang itu masih ada. Namun perlu saya tekankan bahwasanya investor ini cenderung untuk berhati-hati dan juga selektif dalam menempatkan dananya,” katanya.

Selain itu, fundamental perseroan menjadi hal penting lainnya yang mestinya diperhatikan oleh pihak-pihak yang akan melakukan IPO. Sebab, kata Inarno, hal itu menjadi pertimbangan para investor untuk menempatkan uang mereka.

 

BERITA TERKAIT

Kolaborasi dengan Superbank - Produk OVO Nabung Tawarkan Bunga 5% Per Tahun

Perkuat posisi dalam ekosistem keuangan digital di Indonesia, OVO (PT Visionet Internasional), platform pembayaran digital terkemuka di Indonesia bekerja sama…

Ratusan Gerai Tutup - TGUK Telan Pil Pahit Pelemahan Daya Beli

NERACA Jakarta – Menurunnya daya beli masyarakat memberikan dampak berarti terhadap pelaku usaha dan industri ritel, termasuk Food and beverage…

Sesuaikan Dinamika Pasar - Cita Mineral Targetkan Produksi Bauksit 4,7 Juta Ton

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) menargetkan produksi bauksit pada tahun 2025 di kisaran 4,7 juta…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Ratusan Gerai Tutup - TGUK Telan Pil Pahit Pelemahan Daya Beli

NERACA Jakarta – Menurunnya daya beli masyarakat memberikan dampak berarti terhadap pelaku usaha dan industri ritel, termasuk Food and beverage…

Sesuaikan Dinamika Pasar - Cita Mineral Targetkan Produksi Bauksit 4,7 Juta Ton

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) menargetkan produksi bauksit pada tahun 2025 di kisaran 4,7 juta…

Bidik Pertumbuhan Pendapatan - HELI Tambah Armada Baru Senilai Rp10 Miliar

NERACA Jakarta  -Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) melalui anak perusahaannya, PT Komala Indonesia menambah armada berupa satu…