NERACA
Jakarta – Terkoreksinya indeks harga saham gabungan (IHSG) selama lima hari berturut-turut menjadi momentum tepat bagi investor untuk mengkoleksi saham yang murah,“It's time to buy,”kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, saat ini merupakan momentum bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli saham di tengah pelemahan IHSG. Dirinyaa tetap optimis terkait dengan kinerja IHSG ke depan di tengah volatilitas pasar akibat berbagai sentimen dari tingkat global.“Optimis, habis turun naik,” ujar Iman.
Dirinya menekankan, pelaku pasar perlu melihat investasi untuk jangka panjang bukan hanya dalam jangka pendek.“Kita bicara investasi jangka panjang, bukan cuma pendek,”kata Iman.
Iman menyebut BEI akan selalu menjaga kualitas dari perusahaan- perusahaan tercatat, sehingga mengharapkan apresiasi dari para pelaku pasar, terutama domestik baik institusi maupun individu. Sebagai upaya untuk membantu investor menghadapi kondisi pasar yang penuh ketidakpastian di tingkat global, BEI berencana meluncurkan beberapa instrumen keuangan baru salah satunya yaitu Short Selling dan Intraday Short Selling (IDSS).
BEI menargetkan, peluncuran instrumen itu dalam waktu dekat, kemungkinan sekitar bulan Maret 2025 atau awal kuartal II-2025, yang diharapkan akan memberikan lebih banyak opsi strategi bagi investor, terutama saat pasar mengalami fluktuasi tinggi dalam waktu singkat. Sementara Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menambahkan, IHSG telah terpengaruh oleh sentimen ketidakpastian di tingkat global."Memang, karena kalau secara global juga masih uncertainty,” ujar Inarno.
Selain itu, dia mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut mempengaruhi pergerakan IHSG.“Kita punya dolar juga terjadi pelemahan. Ini yang salah satu yang juga mempengaruhi terhadap indeks,” ujarnya
Dari tingkat global, pada Senin (10/2), Presiden AS Donald Trump telah menandatangani kebijakan untuk tarif 25% atas impor baja dan menaikkan tarif aluminium menjadi 25% dari 10% yang keduanya akan berlaku pada 4 Maret 2025.
Trump juga berencana menerapkan tarif balasan terhadap negara yang mengenakan pajak tinggi terhadap impor AS, yang mana kebijakan ini mengikuti tarif sebelumnya yang diberlakukan terhadap China. Dengan rencana kenaikan tarif itu, pelaku pasar khawatir akan berdampak terhadap kenaikan inflasi di AS, yang berpotensi membuat bank sentral AS The Fed akan semakin sulit untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya.
Data penutupan perdagangan Bursa pada Selasa (11/02) sore, IHSG ditutup melemah 116,15 poin atau 1,75% ke posisi 6.531,99. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 11,17 poin atau 1,44% ke posisi 762,09.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.273.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 15,94 miliar lembar saham senilai Rp12,67 triliun. Sebanyak 182 saham naik 446 saham menurun, dan 327 tidak bergerak nilainya. (bani)
Bank DKI terus berupaya melakukan proses pemulihan sistem layanan secepat mungkin. Setelah membuka layanan ATM Off-Us, layanan transfer antarbank melalui…
NERACA Jakarta- Performance kinerja keuangan emiten produsen bata ringan PT Superior Prima Sukses Tbk. (BLES) berhasil tumbuh positif di awal…
NERACA Jakarta – PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) membukukan laba Rp149,75 miliar (Rp32,52 per saham) pada kuartal pertama 2025, melonjak…
NERACA Jakarta- Performance kinerja keuangan emiten produsen bata ringan PT Superior Prima Sukses Tbk. (BLES) berhasil tumbuh positif di awal…
NERACA Jakarta – PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) membukukan laba Rp149,75 miliar (Rp32,52 per saham) pada kuartal pertama 2025, melonjak…
NERACA Jakarta – Dorong pertumbuhan investor pasar modal dan juga kemudahan transaksi saham, beberapa perusahaan sekuritas marak melakukan edukasi, merilis…