Emiten Pailit Didorong Untuk Voluntary Delisting

NERACA

Jakarta- Meski PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak pernah sepi kedatangan calon emiten baru di pasar modal lewat IPO, namun jumlah perusahaan tercatat yang sebaliknya go private juga terus ramai. Berangkat dari tren perusahaan yang go private yang tidak pernah sepi, pihak BEI tengah berupaya untuk mempercepat proses penghapusan pencatatan saham secara sukarela atau voluntary delisting terhadap delapan emiten yang dinyatakan pailit. 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan bahwa akan terus  menghubungi berbagai pihak untuk buyback saham yang bersangkutan.  "Kami mencari siapa pihak yang diminta untuk buyback. Karena ujungnya kami sangat mengharapkan bahwa pelaksanaan voluntary delisting itu berhasil,"ujarnya di Jakarta, kemarin.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan delapan emiten tersebut dari kewajiban pelaporan dan pengumuman sebagai perusahaan terbuka. Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-32/D.04/2024 yang terhitung sejak 3 September 2024.

OJK menjelaskan penetapan delapan perusahaan terbuka sebagai emiten yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan dan pengumuman dikarenakan perusahaan terbuka dimaksud telah dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Lebih terperinci, delapan emiten tersebut ialah PT Hanson International Tbk. (MYRX), PT Grand Kartech Tbk. (KRAH), PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk. (SAIP), dan PT Cottonindo Ariesta Tbk. (KPAS). Lalu, PT Steadfast Marine Tbk. (KPAL), PT Texmaco Perkasa Engineering Tbk. (TPEN), PT Prima Alloy Steel Universal Tbk. (PRAS), dan PT Nipress Tbk. (NIPS).

Sebagai informasi, BEI mencatat sampai dengan 27 September 2024, sudah ada 34 perusahaan yang mencatatkan saham di pasar modal. Dari aksi korporasi ini, total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp5,15 triliun. Selain itu, terdapat 32 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Secara rinci disebutkan, 32 perusahaan yang dalam pipeline tersebut memiliki beragam klasifikasi aset. Ada dua perusahaan dengan kategori aset skala kecil, yaitu bernilai di bawah Rp50 miliar.

Selain itu, terdapat 18 perusahaan dalam kategori aset skala menengah, dengan nilai aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Yang menarik, ada juga 12 perusahaan yang masuk dalam kategori aset skala besar, yaitu di atas Rp250 miliar. 

 

BERITA TERKAIT

Trader Baru Pintu Pro Futures Naik Lebih Dari 340%

PT Pintu Kemana Saja (PINTU), aplikasi crypto all-in-one pertama di Indonesia yakni Pintu Pro Futures terus mencatatkan performa positif sejak…

Transfer Antar Bank Real Time Online - Bank DKI Pastikan Layanan JakOne Mobile Bisa Digunakan

Bank DKI terus berupaya melakukan proses pemulihan sistem layanan secepat mungkin. Setelah membuka layanan ATM Off-Us, layanan transfer antarbank melalui…

Superior Prima Sukses Raup Laba Rp314,21 Miliar

NERACA Jakarta- Performance kinerja keuangan emiten produsen bata ringan PT Superior Prima Sukses Tbk. (BLES) berhasil tumbuh positif di awal…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Trader Baru Pintu Pro Futures Naik Lebih Dari 340%

PT Pintu Kemana Saja (PINTU), aplikasi crypto all-in-one pertama di Indonesia yakni Pintu Pro Futures terus mencatatkan performa positif sejak…

Transfer Antar Bank Real Time Online - Bank DKI Pastikan Layanan JakOne Mobile Bisa Digunakan

Bank DKI terus berupaya melakukan proses pemulihan sistem layanan secepat mungkin. Setelah membuka layanan ATM Off-Us, layanan transfer antarbank melalui…

Superior Prima Sukses Raup Laba Rp314,21 Miliar

NERACA Jakarta- Performance kinerja keuangan emiten produsen bata ringan PT Superior Prima Sukses Tbk. (BLES) berhasil tumbuh positif di awal…