Laba Gunung Raja Paksi Melesat Tajam 594%

NERACA

Jakarta - Di semester pertama 2024, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) mencatatkan laba US$118,42 juta atau naik tajam 594% dibandingkan laba di priode yang sama tahun lalu US$ 17,05 juta. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang diaudit di Jakarta, kemarin.

Lompatan laba bersih tersebut berbanding terbalik dengan penjualan bersih yang justru turun dari US$ 248,74 juta menjadi US$ 200,03 juta. Perseroan juga justru mencatatkan penurunan laba bruto dari US$ 20 menjadi US$ 10,03 juta. Namun dengan adanya pendapatan lain-lain senilai US$ 18,87 juta, laba sebelum pajak penghasilan perseroan melesat dari US$ 6,42 juta menjadi US$ 14,63 juta.

Lompatan laba bersih juga didukung atas adanya manfaat pajak penghasilan senilai US$ 3,69 juta dan keuntungan dari pelepasan asset senilai US$ 92,40 juta. Hal ini berimbas terhadap lompatan laba bersih periode berjalan perseroan dari US$ 17,05 juta menjadi US$ 120,21 juta. Sebelumnya, produsen baja rendah karbon, Gunung Raja Paksi (GGRP) memperoleh fasilitas pembiayaan sebesar US$ 60 juta dari International Finance Corporation (IFC). Ini adalah investasi pertama IFC di sektor baja Asia dalam lebih dari satu dekade.

Manajemen GGRP menyampaikan, kemitraan dengan IFC, lembaga pembangunan terbesar di dunia yang berfokus pada sektor swasta di negara-negara berkembang, akan membantu GGRP meningkatkan produksi baja rendah karbon berkualitas tinggi di pabrik seluas 200 hektar di Jawa Barat. Pabrik ini diklaim akan menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata global.

Selain pinjaman, IFC telah menandatangani Advisory Engagement Letter dengan GGRP untuk membantu mengembangkan dan menerapkan strategi dekarbonisasi serta mendukung upaya GGRP mengurangi emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan standar internasional. Dukungan ini mencakup menjajaki berbagai opsi pendanaan untuk mendukung keputusan GGRP menonaktifkan Blast Furnace yang baru dibangun namun belum pernah dioperasikan, serta meningkatkan efisiensi energi teknologi EAF dan menilai opsi dan teknologi proses hilir yang baru.

Sebelumnya, perseroan memproyeksi adanya perbaikan kinerja pada semester II-2024 pasca kinerja GGRP sempat lesu pada kuartal I-2024 karena disebabkan beberapa faktor. Vice President dan Director of Finance GGRP, Roymond Wong seperti dikutip Kontan pernah bilang, jika melihat dari sisi pasar baja domestik, penurunan industri baja pada tahun ini utamanya dipengaruhi oleh faktor tahun pemilu dan libur Lebaran. 

Meski demikian, GGRP optimistis adanya perbaikan kinerja pada paruh kedua tahun ini. Di sisi lain, dengan mempertimbangkan beberapa kondisi seperti estimasi pertumbuhan konsumsi baja nasional dari Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) sebesar 5,2%, kenaikan anggaran belanja pemerintah untuk sektor infrastruktur sebesar 5,8%, proyeksi pertumbuhan volume dari konsumen sebesar 5%-6%, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, dan target inflasi sebesar 2,8%, GGRP tetap optimistis menargetkan pertumbuhan penjualan bersih dibandingkan tahun sebelumnya. (bani)

BERITA TERKAIT

Sengketa Jam Tangan Rp80 Miliar - Kuasa Hukum Kirim Surat ke Richard Mille dan Kedubes Swiss

CATRA Indhira Law Firm selaku kuasa hukum Tony Trisno mengirimkan tiga surat resmi yang masing-masing ditujukan kepada Horométrie S.A. di…

Menjerumuskan Indonesia Dalam Utang Merugikan - Dibalik Geliat Infrastruktur LNG

Pengembangan infrastruktur gas berpotensi memerangkap Indonesia dalam berbagai konsekuensi, seperti krisis iklim, korupsi, hingga terjerat utang. Laporan terbaru dari debtWATCH…

Dibalik Renyahnya Kripik Paswal - Ibu-Ibu Hebat Wujudkan Keterbatasan Jadi Kekuatan

Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sengketa Jam Tangan Rp80 Miliar - Kuasa Hukum Kirim Surat ke Richard Mille dan Kedubes Swiss

CATRA Indhira Law Firm selaku kuasa hukum Tony Trisno mengirimkan tiga surat resmi yang masing-masing ditujukan kepada Horométrie S.A. di…

Menjerumuskan Indonesia Dalam Utang Merugikan - Dibalik Geliat Infrastruktur LNG

Pengembangan infrastruktur gas berpotensi memerangkap Indonesia dalam berbagai konsekuensi, seperti krisis iklim, korupsi, hingga terjerat utang. Laporan terbaru dari debtWATCH…

Dibalik Renyahnya Kripik Paswal - Ibu-Ibu Hebat Wujudkan Keterbatasan Jadi Kekuatan

Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…