Menjalankan usaha sate secara turun menurun, tidak membuat Sari (46) wanita asal Madura ini lupa mengikuti tren zaman kekinian dan dalam hal ini menyediakan layanan QRIS untuk pembayaran yang saat ini tengah menjadi tren. Apalagi, usahanya terus melebar dan membuka cabang di Pamulang mendorong dirinya untuk berinovasi agar tetap eksis. “Meskipun saya tidak paham soal QRIS, tapi orang yang mau bayar pakai QRIS disini bisa karena nanti yang ngecek adek saya, “ceritanya kepada Neraca.

Diceritakannya, dirinya masih nyaman pembayaran dengan uang cash. Namun agar pelanggan tidak lari, terpaksa buka layanan transaksi QRIS dan dalam hal ini menggunakan QRIS BRI. Maklum saja, kebanyakan pelanggan yang mampir ke kedai sate miliknya di Pamulang, orang pulang kantoran dan tentu saja terbiasa dengan transaksi QRIS atau uang digital.

Menurutnya, dibalik layanan transaksi QRIS ada plus dan minusnya. Minusnya, terkadang sulit untuk mencairkan ketika butuh modal buat dagang. Namun plusya, bayar pakai QRIS tidak lagi repot cari uang receh untuk kembalian,”Pakai QRIS, transaksi praktis dan tinggal scan barcode, selesai gak pakai lama,”ujarnya.

Di tengah pesatnya pertumbuhan digital saat ini dan berubah transaksi dari cara konvensional ke modern harus dipahami para pelaku UMKM agar tidak ketinggalan dan kalah bersaing. Bagaimanapun juga mereka yang tidak mau berinovasi akan ketinggalan atau ditinggal pelanggannya.

Selama ini, diakuinya, dari paguyuban pedagang sate madura masih ada yang memakai cara lama dan juga cara baru untuk bertransaksi. Namun hal tersebut dikembalikan kepada pedagang dan juga belum teredukasinya pentingnya memanfaatkan layanan transaksi digital bagi pedagang kecil.

Direktur Eksekutif DPP Asosiasi Pasar Rakyat Seluruh Indonesia (Aparsi), Nicholas Anggada dalam siaran persnya mengatakan, penggunaan transaksi pembayaran secara digital, termasuk Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), di pasar-pasar bisa membantu membuat pencatatan transaksi para pedagang menjadi lebih baik."Jadi apa ya, dari sisi merchant atau pedagang pasar ini kita lagi berdayakan agar mereka mulai transaksi non-tunai. Ini akan membawa data yang lebih bagus gitu ketika teman-teman mau mengambil kredit dan sebagainya," katanya.

Nicholas menyampaikan, Aparsi tengah gencar berkolaborasi dengan regulator dan perbankan mendorong pedagang pasar untuk bertransaksi secara non-tunai."Jadi supaya mengimpulsif dua belah pihak ya. Jadi pedagang happy maupun pembelinya juga happy. Cuma memang tantangannya, kembali lagi tidak semua pedagang itu kan mau mengerti dan mau berubah gitu ya. Sekalipun sudah dapet banyak insentif," tuturnya.