NERACA
Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal menyampaikan perlunya menjaga harga komoditas pangan sebagai upaya untuk menjaga stabilitas tingkat inflasi domestik ke depan. Menurut dia, kenaikan harga komoditas pangan bisa memberikan tekanan terhadap daya beli masyarakat, sehingga akan mempengaruhi dari sisi permintaan (demand).
“Produksi pangan, dalam tekanan daya beli seperti sekarang justru menjadi penting untuk dijaga tingkat harganya, karena kalau sampai melambung justru itu akan semakin memukul daya beli lebih jauh lagi,” ujar Faisal sebagaimana dikutip Antara, kemarin.
Menurut dia, saat ini yang perlu diperhatikan adalah dari sisi permintaan seiring masih cenderung tertekannya daya beli masyarakat imbas adanya ketidakpastian ekonomi di tingkat global. Di sisi lain, ia mengingatkan juga tetap untuk memperhatikan dari sisi produksi (supply). “Untuk menjaga stabilitas inflasi, sebetulnya sekali lagi yang pada saat sekarang concern terbesarnya adalah dari sisi permintaan, tapi bukan berarti supply tidak penting,” ujar Faisal.
Selain itu, ia juga mengingatkan terkait meningkatnya permintaan komoditas emas, yang dibarengi dengan kenaikan harga emas yang terus menerus pada akhir- akhir ini. Menurut dia, meningkatnya permintaan terhadap komoditas emas lebih disebabkan adanya ekspektasi atau efek psikologis meningkatnya ketidakpastian ekonomi di tingkat global.
“Ini juga satu poin yang lain yang perlu diatasi oleh pemerintah, bagaimana kemudian bekerja keras untuk memperbaiki kondisi yang ada, sehingga memberikan harapan bagi masyarakat bahwa kondisi ekonomi akan membaik ke depan,” ujar Faisal.
Ia menjelaskan, sebenarnya inflasi harga bergejolak (volatile food) cenderung mengalami inflasi yang kecil pada April 2025 di tengah adanya momen Ramadhan dan libur Hari Raya Idul Fitri pada awal April 2025.
Ia menilai bahwa inflasi April 2025 lebih banyak disebabkan oleh harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices), seiring meningkatnya permintaan dari sisi tarif transportasi seiring masyarakat melakukan mudik Lebaran
“Makanya komponen tarif kendaraan atau tarif transportasi yang kaitannya dengan mudik Lebaran itu masih relatif tinggi, dan kalau kita melihat itu menyumbang inflasi pada harga yang diatur oleh pemerintah,” ujar Faisal.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi tercatat sebesar 1,17 persen month-to-month (mtm) pada April 2025. Kelompok perumahan air listrik dan bahan bakar tercatat mengalami inflasi sebesar 6,6 persen dan andil 0,98 persen pada April 2025.
Komoditas lainnya, yaitu emas perhiasan, dengan andil 0,16 persen, bawang merah mengalami kenaikan harga dengan andil 0,06 persen, cabai merah andil 0,04 persen dan tomat andil 0,03 persen
Sementara itu, cabai rawit, daging ayam ras dan telur ayam ras mengalami penurunan harga, dengan andil deflasi masing-masing mencapai 0,08 persen, 0,06 persen dan 0,04 persen.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan tingkat inflasi naik menjadi 2,33 persen pada akhir 2025, lebih tinggi dari 1,57 persen pada akhir 2024. Angka inflasi itu masih dalam kisaran target Bank Indonesia (BI), yakni 1,5-3,5 persen pada akhir 2025. "Kami mempertahankan perkiraan bahwa inflasi indeks harga konsumen (IHK) headline akan tetap sekitar 2 persen pada akhir 2025," kata Josua.
Josua menjelaskan faktor utama yang mendorong inflasi bulan ini adalah berakhirnya diskon tarif listrik untuk pelanggan pascabayar. Hal ini sebagian diimbangi oleh penurunan harga bahan bakar nonsubsidi dan diskon 50 persen pada tarif paket internet.
Sementara, inflasi makanan melambat seiring dengan berkurangnya permintaan pasca periode liburan. Namun, harga beberapa barang, seperti bawang merah dan cabai merah, tetap berada di bawah tekanan akibat keterbatasan pasokan yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang buruk.
Di sisi lain, cabai rawit dan produk unggas mencatat deflasi yang signifikan. Secara tahun kalender, inflasi mencapai 1,56 persen (ytd), melampaui 1,18 persen yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Inflasi IHK inti naik dari 2,48 persen (yoy) menjadi 2,50 persen (yoy), didukung oleh kenaikan harga emas dan pelemahan rupiah di tengah ketegangan perang dagang yang meningkat dan ketidakpastian global yang semakin besar," terangnya.
NERACA Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dalam mendukung program Sekolah Rakyat secara intensif telah melakukan koordinasi dengan Kementerian…
NERACA Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan lifting gas nasional akan naik pada…
NERACA Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan penjelasan menyusul adanya perbedaan angka garis kemiskinan Indonesia versi Bank Dunia…
NERACA Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dalam mendukung program Sekolah Rakyat secara intensif telah melakukan koordinasi dengan Kementerian…
NERACA Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan lifting gas nasional akan naik pada…
NERACA Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan penjelasan menyusul adanya perbedaan angka garis kemiskinan Indonesia versi Bank Dunia…