NERACA
Jakarta – Indonesia dan Korea Selatan berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama yang komprehensif, termasuk dalam pengembangan di sektor industri manufaktur guna memacu perekonomian kedua negara. Hubungan diplomatik kedua negara telah terjalin cukup lama dan erat, di mana pada 2025 ini memasuki usia 52 tahun.
“Kami berharap potensi kerja sama ekonomi dan industri antara Indonesia dan Korea Selatan dapat semakin meningkat dan diperkuat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seusai melakukan pertemuan dengan Chairman Federation of Korea Industry (FKI) Shin Dong Bin beserta delegasi di Jakarta.
Agus pun mengemukakan, sebagai pembina industri, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya untuk turut memastikan investasi dari pelaku industri di tanah air berjalan baik. “Karena investasi yang mereka bawa harus win-win, Indonesia win, Korea juga harus win,” terang Agus.
Menperin menyampaikan, pertemuannya dengan delegasi FKI diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap keberlangsungan usaha mereka di Indonesia. “Dari informasi mereka, kami mengetahui apa saja yang dibutuhkan atau menjadi hambatan di lapangan,” ucapnya.
Lebih lanjut, menurut Agus, sejumlah perusahaan Korea Selatan telah memberikan kontribusi signifikan terhadap lanskap industri Indonesia, yang di antaranya meliputi sektor elektronik, otomotif, teknologi hijau, dan transformasi digital. “Pada pertemuan hari ini, kami membahas beberapa isu industri, antara lain pengembangan industri manufaktur dan industri lokal, industri hijau dan transformasi digital, serta industri halal,” ungkap Agus.
Para delegasi FKI berkomitmen akan ikut berpartipasi dalam membangun ekonomi di Indonesia melalui investasinya, ada yang ingin membangun pabrik baru dan ada pula yang ingin memperluas usahanya atau ekspansi. “Artinya, mereka melihat prospek Indonesia sebagai negara tujuan utama investasi masih sangat baik,” jelas Agus.
Bahkan, salah satu perusahaan Korea Selatan ada yang berminat akan memberikan proposal investasi ke Danantara. “Ini terkait hilirisasi, khususnya hilirisasi nikel untuk melanjutkan jadi katoda. Mereka mau ajak Danantara untuk investasi ini,” terang Agus.
Agus memberikan apresiasi terhadap komitmen perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang telah memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) secara optimal, seperti Samsung, LG, dan Hyundai. “Artinya, secara langsung, mereka telah meningkatkan partisipasi industri lokal, menyerap tenaga kerja dan menyumbang kepada pertumbuhan industri di Indonesia,” terang Agus.
Agus juga menyebutkan, sejumlah perusahaan industri Korea Selatan telah melakukan kolaborasi dengan kampus-kampus dalam negeri, termasuk dengan unit pendidikan vokasi milik Kemenperin RI. “Kolaborasi ini tentu sangat bermanfaat dalam pengembangan SDM industri yang kompeten dan berdaya saing untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Sementara itu, terkait dengan pengembangan di sektor industri otomotif, khususnya pada kendaraan listrik berbasis baterai (EV), Menperin memberikan apresiasi atas komitmen dari Hyundai yang telah membangun ekosistem EV dengan baik.
“Khusus bagi pengembangan kendaraan berbasis listrik, kami mencatat beberapa perusahaan Korea telah menikmati beberapa insentif melalui skema produksi program sesuai persyaratan TKDN, antara lain Bea Masuk sebesar 0%, PPnBM sebesar 0%, dan PPN sebesar 2% dengan mengikuti program LCEV dan program PPN DTP,” papar Agus.
Di samping itu, Kemenperin terus mendorong sejumlah industri Korea Selatan ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan industri halal di Indonesia. Sebab, Indonesia mempunyai peluang pasar besar yang perlu dioptimalkan.
Terkain inudstri mau faktur, berdasarkan laporan perusahaan industri padaKemenperin, diketahui bahwa penjualan produk manufaktur terutama untuk produk industri makanan, minuman serta Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) mengalami penurunan penjualan pada saat menjelang lebaran. Penurunan penjualan di antaranya disebabkan pelemahan daya beli masyarakat.
“Perlambatan ini juga terlihat dari laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Maret 2025 yang berada di angka 52,98 atau turun tipis 0,17 poin dibandingkan Februari 2025. Tetapi para pelaku industri masih menyampaikan optimisme yang tinggi dalam menjalankan usaha di Indonesia,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief.
Triwulan I-2025, Kinerja produksi migas PHE Capai 1,043 Juta Barel Jakarta – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream…
Lifting Migas Nasional Terus Ditingkatkan Balikpapan – Pemerintah terus berupaya dalam peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional. Menteri…
Tahun 2024 Kinerja Ekspor Industri Kerajinan Capai USD679 juta Jakarta – Industri kerajinan memiliki peran besar terhadap perekonomian nasional, termasuk…
Triwulan I-2025, Kinerja produksi migas PHE Capai 1,043 Juta Barel Jakarta – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream…
Indonesia – Korea Selatan Tingkatkan Kerja Sama di Sektor Industri Manufaktur Jakarta – Indonesia dan Korea Selatan berkomitmen untuk terus…
Lifting Migas Nasional Terus Ditingkatkan Balikpapan – Pemerintah terus berupaya dalam peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional. Menteri…