NERACA
Jakarta – Maret 2025, total nilai ekspor Indonesia mencapai US$23,25 miliar. Nilai ini naik 5,95 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) dan naik 3,16 persen dibanding Maret 2024 (YoY). Peningkatan ekspor tersebut disebabkan oleh kenaikan ekspor migas sebesar 28,81 persen dan nonmigas sebesar 4,71 persen (MoM).
Pada Maret 2025, kontribusi ekspor sektor industri Indonesia menjadi yang tertinggi dibandingkan sektor yang lain. Pangsa ekspor sektor industri mencapai 83,30 persen. Meskipun begitu, nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan pangsa pada Februari 2025 yang sebesar 84,69 persen dari nilai ekspor nonmigas. Kemudian, sektor pertambangan dan lainnya berkontribusi sebesar 14,07 persen dan sektor pertanian sebesar 2,63 persen.
“Sementara itu, peningkatan ekspor nonmigas pada Maret 2025 terjadi untuk sektor pertambangan dan lainnya yang naik tertinggi sebesar 16,96 persen. Sedangkan, sektor industri dan sektor pertanian juga meningkat masing-masing sebesar 2,98 persen dan 1,73 persen (MoM),” ujar Menteri Perdagangan Budi Santoso, pekan ini.
Beberapa produk utama ekspor sektor pertambangan dengan kenaikan tertinggi pada Maret 2025 ialah bijih logam, terak, dan abu (HS 26) yang naik 4.154,80 persen (MoM). Ekspor bijih logam, terak, dan abu naik signifikan sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2025 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23 Tahun 2023 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Ekspor yang salah satunya bertujuan untuk merelaksasi ekspor komoditas konsentrat tembaga.
Produk utama lainnya yang meningkat ekspornya, yaitu aluminium dan barang daripadanya (HS 76) yang meningkat 105,08 persen, timah dan barang daripadanya (HS 80) naik 63,84 persen, nikel dan barang daripadanya (HS 75) naik 40,20 persen, serta besi dan baja (HS 72) naik 19,64 persen (MoM).
Pada Maret 2025, Tiongkok, AS, dan India menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan total nilai ekspor ketiganya sebesar US$9,24 miliar. Pangsa ketiga negara tersebut juga sebesar 42,37 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.
Sementara itu, beberapa negara tujuan ekspor nonmigas utama Indonesia dengan peningkatan terbesar secara bulanan di Maret 2025, antara lain, Uni Emirat Arab (UEA) yang tercatat naik 68,18 persen, Turki 60,21 persen, Brasil 53,24 persen, Rusia 43,24 persen,dan Prancis 43,01 persen (MoM).
Ditinjau dari kawasannya, Budi menyebutkan, kawasan tujuan ekspor nonmigas yang meningkat signifikan, di antaranya Karibia dengan kenaikan 88,55 persen, diikuti Eropa Timur 54,05 persen, Asia Barat 23,20 persen, Amerika Selatan 22,38 persen, dan Eropa Selatan lainnya 18,08 persen. Jika dilihat secara kumulatif, total ekspor nonmigas Januari — Maret 2025 tercatat mencapai US$66,62 miliar, meningkat 6,93 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya (CtC).
Peningkatan ekspor tersebut ditopang penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik 7,84 persen menjadi USD 62,98 miliar. Sementara itu, ekspor sektor migas turun 6,72 persen menjadi sebesar US$3,64 miliar. Sebelumnya, Februari 2025, total nilai ekspor Indonesia mencapai US$1,98 miliar. Nilai ini naik 2,58 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) dan naik 14,05 persen dibanding Februari 2024 (YoY).
Peningkatan ekspor tersebut disebabkan adanya kenaikan ekspor nonmigas sebesar 2,29 persen dan migas sebesar 8,25 persen (MoM). “Pada Februari 2025, kontribusi ekspor sektor industri Indonesia tertinggi dibandingkan sektor yang lain. Pangsa ekspor sektor industri mencapai 84,69 persen, lebih tinggi dibandingkan Januari 2025 sebesar 83,97 persen dari nilai ekspor nonmigas,” ungkap Budi.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa selama kuartal I-2025 (Januari–Maret), Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebesar US$4,32 miliar. Ekspor Indonesia ke AS mencapai US$7,3 miliar, sementara impornya tercatat sebesar US$2,98 miliar. “Selama Januari hingga Maret 2025 nilai ekspor empat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan tahun lalu,” ujar Amalia. gro
Jakarta-Bank Dunia menilai bahwa terlepas dari pondasi makroekonomi yang kuat, Indonesia mengalami perlambatan dalam pertumbuhan produktivitas. Hambatan struktural menghambat…
NERACA Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti adanya peningkatan signifikan di tahap joint study atau studi…
Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tumbuh di kisaran 5%, meski Dana Moneter…
Jakarta-Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai melambatnya pertumbuhan investasi di Indonesia pada kuartal I/2025 tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan…
NERACA Jakarta – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Danantara Rosan P. Roeslani memandang, pengembangan ekonomi syariah (eksyar)…
Jakarta-Bank Dunia menilai bahwa terlepas dari pondasi makroekonomi yang kuat, Indonesia mengalami perlambatan dalam pertumbuhan produktivitas. Hambatan struktural menghambat…