SCG Optimalkan Peluang Pemulihan Ekonomi Regional - Optimis Terhadap Pengelolaan EBITDA Perusahaan

NERACA

Sukabumi -  SCG, selaku pemimpin bisnis regional, mencatat nilai Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau EBITDA sebesar Rp24,13 triliun (1.528 juta USD), didorong oleh pengelolaan biaya yang ketat, percepatan pengiriman High-Value Added Products dan Services (HVA), serta pengurangan modal kerja secara berkelanjutan, investasi pada proyek-proyek dengan imbal hasil tinggi dan cepat, ditambah dengan utang yang mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Yakin dengan kesehatan keuangan yang kuat, SCG berada dalam posisi yang strategis untuk mengoptimalkan peluang dari pemulihan ekonomi regional di tahun 2025.

Presiden dan CEO SCG, Thammasak Sethaudom mengatakan, hasil Operasi pada tahun 2024, SCG berhasil mengelola EBITDA secara efektif, mencapai Rp24,13 triliun (1.528 juta USD), setara dengan tingkat pada tahun 2023. Hal ini didorong oleh adaptasi SCG terhadap berbagai tantangan, termasuk perlambatan siklus petrochemical, ketegangan geopolitik, fluktuasi biaya energi, serta suku bunga yang tinggi.

"Meskipun perusahaan dihadang dengan berbagai tantangan tersebut, SCG tetap mampu menjaga kekuatan finansialnya, serta memastikan imbal hasil yang berkelanjutan bagi seluruh pemegang saham,"ujarnya melalui siaran pers yang diterima Neraca, Kamis (13/2).

SCG terus berkomitmen untuk memperkuat kesehatan finansialnya dengan mempertahankan EBITDA yang kuat sebagai prinsip utama dalam pengelolaan bisnis. Perusahaan telah menerapkan berbagai langkah penguatan yang diumumkan pada akhir Q3/2024, dengan hasil yang signifikan. Yakni, pengelolaan dana operasional telah yang diturunkan sekitar Rp2,9 triliun (183 juta USD) dibandingkan tahun lalu. Kemudian, restrukturisasi aktivitas operasional dan bisnis, termasuk dengan menghentikan bisnis yang kurang optimal di tahun 2024 untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Selain itu juga, sambungnya, controlled capital expenditures (CAPEX) yang memprioritaskan proyek dengan keuntungan yang tinggi dan cepat. Alhasil, utang bersih perusahaan turun sebesar Rp7,9 triliun (494 juta USD) dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, dengan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0,7 kali."Posisi keuangan SCG tetap kuat dan stabil, dengan cadangan kas pada akhir tahun sebesar Rp25,2 triliun (1,570 juta USD)," akunya.

Ia mengatakan, pada Q4/2024, pendapatan dari penjualan mencapai Rp58,3 triliun (3.698 juta USD), meningkat sebesar 2% dibandingkan kuartal sebelumnya, didukung oleh peningkatan volume penjualan dari SCGC. Namun, perusahaan mencatat kerugian sebesar Rp229 miliar (15 juta USD) untuk kuartal tersebut, dibandingkan dengan laba sebesar Rp318 miliar (20 juta USD) pada kuartal sebelumnya, yang terutama disebabkan oleh kinerja Long Son Petrochemicals (LSP) serta pengakuan penuh biaya penyusutan untuk proyek tersebut.

"Per 31 Desember 2024, total aset SCG mencapai Rp407,66 triliun (25.364 juta USD), dengan aset di ASEAN (tidak termasuk aset di Thailand) sebesar Rp186 triliun (11.580 juta USD), atau setara dengan 46% dari total aset konsolidasian SCG," ungkapnya.

Untuk SCG di Indonesia sendiri lanjut Thammasak, perusahaan melaporkan pendapatan dari penjualan di Indonesia untuk tahun fiskal 2024 sebesar Rp17,4 triliun (1.099 juta USD), menandakan peningkatan sebesar 8% secara tahunan (year-on-year), yang dipacu oleh pertumbuhan pendapatan di SCG Chemicals (SCGC), khususnya dari ekspor Thailand dan LSP di Vietnam ke Indonesia.

"Pada Q4/2024, pendapatan dari penjualan di Indonesia mencapai Rp4.36 triliun (277 juta USD), menunjukkan penurunan sebesar 1% secara tahunan, yang dipengaruhi oleh SCG Distribution and Retail, SCG Cement and Green Solution, dan SCGP," ucapnya.

SCG, akunya, berada dalam posisi yang strategis untuk mengoptimalkan peluang dari pemulihan ekonomi regional. Pertumbuhan ini didukung oleh daya beli domestik yang kuat, serta investasi asing meningkat, yang merupakan faktor positif bagi bisnis yang terkait dengan material konstruksi. Apalgi, SCG Distribution dan Retail mempercepat ekspansi bisnis perdagangan modern, untuk material konstruksi dan bangunan melalui Mitra 10 di Indonesia, yang telah memiliki 56 cabang di tahun 2024 untuk melayani lebih dari 1 juta pelanggan per bulan, dengan target untuk mencapai 100 cabang pada tahun 2030. Sementara itu, ungkap Thammasak, SCGP disiapkan untuk mengoptimalkan peningkatan konsumsi di ASEAN serta meningkatnya permintaan kertas kemasan.

"Untuk SCG Chemicals (SCGC), industri petrochemicals di kawasan ASEAN terus menghadapi persaingan yang meningkat pada tahun 2024, yang disebabkan oleh penambahan kapasitas produksi baru, sementara permintaan melemah sebagai dampak dari perlambatan ekonomi di Tiongkok," bebernya.

Perusahaan merespons dengan mempercepat upaya untuk mendorong High-Value Added Products dan Services (HVA), serta mengelola EBITDA, biaya, serta dana operasional secara teliti guna memastikan daya saing yang berkelanjutan. Memasuki tahun 2025, siklus petrochemicals secara perlahan mulai stabil, dan harga minyak diperkirakan akan menurun. SCGC berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan EBITDA serta biaya. Untuk SCG Decor, telah mengekspor ubin X-Porcelain berkekuatan tinggi yang mendapatkan respons positif, serta menargetkan pertumbuhan ekspor dua kali lipat tahun ini. SCG Cleanergy akan memproduksi dan mendistribusikan 548 MW tenaga surya pada tahun 2024, menandai peningkatan sebesar 21,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Perusahaan akan memperluas kapasitas produksi energi bersihnya hingga sekitar 3.500 MW pada tahun 2030.

"SCG akan terus beradaptasi dan berekspansi ke pasar baru. Kami yakin bahwa pada tahun 2025, kami akan mempertahankan pengelolaan EBITDA yang kuat sekaligus memastikan komitmen berkelanjutan terhadap kepentingan para pemegang saham. Termasuk, memperkuat kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia," pungkas Thammasak. Arya

 

 

 

BERITA TERKAIT

Dukung Industri F&B Dalam Negeri, Event Mixing Minuman Soda Diadakan di Bali

NERACA Jakarta - Sebagai wujud mendukung industri Food & Beverage (F&B) di Indonesia, event Mixing Mastery Expolrasi 2025 diadakan di…

Pemerintah Dinilai Sukses Tingkatkan Angka ASI Eksklusif Dari Tahun ke Tahun

NERACA Jakarta - Pemerintah Indonesia patut diapresiasi atas keberhasilannya dalam meningkatkan angka pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama lima…

Wali Kota: Pemkot Sukabumi Harus Miliki Basis Data Yang Kuat - Buka Kegiatan Pembinaan Statistik

NERACA Sukabumi - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi, menggelar Pembinaan statistik sektoral bagi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Dukung Industri F&B Dalam Negeri, Event Mixing Minuman Soda Diadakan di Bali

NERACA Jakarta - Sebagai wujud mendukung industri Food & Beverage (F&B) di Indonesia, event Mixing Mastery Expolrasi 2025 diadakan di…

Pemerintah Dinilai Sukses Tingkatkan Angka ASI Eksklusif Dari Tahun ke Tahun

NERACA Jakarta - Pemerintah Indonesia patut diapresiasi atas keberhasilannya dalam meningkatkan angka pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama lima…

Wali Kota: Pemkot Sukabumi Harus Miliki Basis Data Yang Kuat - Buka Kegiatan Pembinaan Statistik

NERACA Sukabumi - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi, menggelar Pembinaan statistik sektoral bagi…