NERACA
Jakarta – Tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan penghimpunan dana di pasar modal Indonesia sebesar Rp220 triliun. Target itu dipasang kendati kondisi pasar mendapat tantangan dari sisi global berupa ancaman perang dagang tahun ini.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan, penghimpunan dana di pasar modal Indonesia pada 2024 berhasil melampaui target, yakni Rp259,24 triliun. Penghimpunan dana di pasar modal itu bersumber dari 199 penawaran umum.
Penghimpunan dana didominasi oleh sektor keuangan sebesar 35,6%. Sementara, sektor lainnya yang juga mendongkrak penghimpunan dana di pasar modal pada 2024 antara lain energi sebesar 23,7% serta basic material sebesar 22%."Dari sisi permintaan, jumlah investor pasar modal tumbuh enam kali lipat dalam lima tahun terakhir menjadi 14,87 juta investor per akhir Desember 2024," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Adapun pada tahun ini, pasar modal Indonesia ditarget bisa menghimpunan dana sebesar Rp220 triliun dari berbagai aksi penggalangan. Seiring dengan target tersebut, OJK mengakui banyak tantangan yang ada tidak mudah."Pertumbuhan ekonomi global tumbuh terbatas. Lalu, normalisasi suku bunga AS akan terus berlanjut, namun dengan laju lebih lambat,"kata Mahendra.
Selain itu, kompleksitas pemulihan ekonomi kian meningkat seiring geopolitik dinamis. Kebijakan perdagangan dipengaruhi juga aspek politik. Sedangkan dari sisi domestik, kondisi pasar dihadapkan atas isu struktural penerapan tenaga kerja sektor formal. Tantangan juga muncul terkait pemulihan daya beli masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah.
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat korporasi menghimpun dana di pasar modal menembus Rp 12,3 triliun sepanjang tahun 2025. Dana tersebut berasal dari emisi saham atau initial public offering (IPO) dan Efek Bersifat Utang (EBUS). “Sampai dengan 31 Januari 2025, telah tercatat delapan perusahaan yang telah mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun sebesar Rp 3,7 triliun,”kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna.
Sedangkan untuk emisi EBUS hingga saat ini telah diterbitkan 8 emisi dari 7 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 8,6 triliun. "Namun, masih belum ada perusahaan tercatat yang menggelar rights issue hingga 31 Januari 2025,"ujarnya.
Selain itu, dirinya juga menyebutkan, korporasi masih akan marak menjaring dana di pasar modal. Hal itu seiring dengan terdapatnya 18 perusahaan yang tercatat dalam pipeline sampai dengan 24 Januari 2025, dan 17 diantaranya merupakan beraset jumbo atau aset di atas Rp 250 miliar. Dari sisi sektor, Nyoman Yetna mengatakan, sebanyak enam perusahaan sektor barang konsumen primer, tiga perusahaan sektor industri, dan dua perusahaan sektor energi
Diikuti, dua perusahaan sektor kesehatan, dua perusahaan sektor barang baku, satu perusahaan sektor barang konsumen non primer, satu perusahaan sektor keuangan, dan satu perusahaan sektor transportasi & logistik. Pada periode sama, Nyoman Yetna mengatakan, ada tujuh perusahaan tercatat dalam antrean bakal melangsungkan rights issue di pasar modal Indonesia, yang terdiri dari tiga perusahaan sektor barang baku, dua perusahaan sektor energi, dan dua perusahaan sektor kesehatan.
Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) menyetujui laporan keuangan ADHI tahun buku…
Dalam situasi pasar properti yang penuh tantangan saat ini, PT PP Properti Tbk (PPRO) mencatatkan capaian membanggakan di awal tahun…
NERACA Jakarta – PT Dua Putra Utama Makmur Tbk. (DPUM) berhasil memperoleh kinerja positif pada kuartal I/2025 dengan mencatatkan…
Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) menyetujui laporan keuangan ADHI tahun buku…
Dalam situasi pasar properti yang penuh tantangan saat ini, PT PP Properti Tbk (PPRO) mencatatkan capaian membanggakan di awal tahun…
NERACA Jakarta – PT Dua Putra Utama Makmur Tbk. (DPUM) berhasil memperoleh kinerja positif pada kuartal I/2025 dengan mencatatkan…