Pelabuhan Chabahar

Oleh: Siswanto Rusdi

Direktur The National Maritime Institute (Namarin)

 

Pelabuhan Chabahar di Republik Islam Iran, tengah menjadi buah bibir alias viral di komunitas kemaritiman mondial menyusul ditandatanganinya kerja sama antara Indian Ports Global Limited (IGPL) dan Ports & Maritime Organisation of Iran (PMO) belum lama berselang. Potensi dahsyat pelabuhan Chabahar terletak pada posisinya yang amat sangat strategis, yaitu sebagai pintu masuk ke negara-negara di kawasan Asia Tengah (seperti Kazakhtan, Tajikistan, Uzbekistan antara lain). Juga, Afghanistan, Rusia, dlsb. Menurut Dubes Boroujerdi, setidaknya ada 15 negara yang berbatasan dengan Iran. Dan, kawasan ini sebagian besar merupakan wilayah yang jauh dari laut, dikenal dengan istilah landlocked.

Namun mereka semuanya terkoneksi melalui jalan raya dan rel kereta api dari dan ke pelabuhan Chabahar. Dan, selama ini, komoditas yang dibutuhkan di semua negara tadi dibongkar di pelabuhan ini dan selanjutnya dikirim menggunakan truk atau kereta api. Dengan pasar seluas dan semasif ini, sebagai negara yang paling dekat lokasinya dengan pelabuhan dimaksud, India tentu saja tergiur. Apalagi negara ini memiliki competitive advantage dalam bidang maritim untuk ditawarkan seperti teknologi, SDM dan lainnya. Bagian wilayah Iran yang dekat dengan India yang membawahkan pelabuhan Chabahar adalah provinsi Sistan-Baluchistan

Kekuatan potensi pelabuhan Chabahar yang berikutnya adalah wilayah sekitarnya. Maksudnya, kawasan yang terdekat dengan pelabuhan. Diungkapkan oleh sang dubes, untuk mendukung bandar ini, pemerintah Iran telah mendirikan Chabahar Free Zone (CFZ), yang ditubuhkan pada 1993. Jauh sebelum keterlibatan India di pelabuhan ini. Negeri Hindustan ini masuk pertama kali ke Chabahar pada 2016 dan sejauh ini sudah menanamkan investasi senilai 25 dollar AS untuk peralatan loading dan unloading kargo. CFZ merupakan kawasan ekonomi khusus yang ke-13 yang didirikan oleh pemerintah Iran seluas 820 km per segi.

Saat ini terdapat dua terminal dalam kawasan pelabuhan Chabahar: Shahid Behesti dan Shahid Kalantari dengan total tambatan 11 dermaga. Direncanakan, di KEK Chabahar akan dibangun berbagai pabrik, perkantoran, pusat rekreasi dan banyak lagi fasilitas lainnya. Itu berarti, kata Dubes Mohammad Boroujerdi kembali, Chabahar bukan hanya soal pelabuhan semata; ia hanya salah satu bagian saja. Karenanya, selain dengan India, Iran siap bekerja sama dengan negara atau investor mana pun demi keuntungan bisnis bersama dalam bidang lainnya.

Bila ingin dikaitkan dengan Indonesia, apa yang sedang berlangsung di Chabahar mirip-mirip dengan yang kita lakukan di Batam. Jangan-jangan Iran terinspirasi oleh kebijakan kita dalam pengembangan pulau yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia –dalam hal ini Johor Baru– itu. Mengingat Batam sudah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas pada sekitar era ‘70-an. Tentu saja ada perbedaan antara pengembangan pelabuhan Chabahar dan Batam. Salah satunya, antara pemerintah dan pemangku kepentingan belum satu suara. Pemerintah (baca: Jakarta) ingin mengembangkan pelabuhan Tanjung Pinggir sementara BP Batam maunya pelabuhan Batu Ampar, pelabuhan yang dimiliki dan dikelola oleh mereka.

Dari aspek teknis kepelabuhanan, Tanjung Pinggir sebenarnya jauh dari layak untuk dikembangkan sebagai international transshipment hub seperti yang dicanangkan oleh para pejabat. Soalnya, untuk melayani peti kemas, digadang-gadang akan menyentuh 18 juta TEU, setidaknya dibutuhkan luas perairan yang cukup signifikan agar pergerakan kapal menjadi leluasa. Di sini kita bicara dimensi, paling tidak, antara 7-10 km panjang garis pantai.

Sementara itu, pelabuhan Batu Ampar sudah beroperasi sejak lama. Pelabuhan ini sedang dalam tahap pengembangan, baik fisik maupun pendukungnya. Misalnya, dermaga utara akan diperkuat sepanjang 700 meter; pembangunan lapangan peti kemas seluas 2-10 ha serta pendalaman alur pelayaran kolam depan dermaga menjadi -8 LWS. BP Batam akan pula melakukan pengadaan peralatan bongkar muat 2 unit gantry crane, 5 unit transtainer, 2 unit reach stacker, 2 unit top loader, 10 unit head truck dan 20 unit chassis.

Walaupun berbeda, Chabahar dan Batam memiliki satu kesamaan, yaitu membutuhkan investasi besar. Sejauh ini yang pertama sudah berhasil menggaet pemodal manakala yang kedua belum jelas siapa investornya.

BERITA TERKAIT

Susun Ulang Strategi Fiskal

  Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom  UPN Veteran Jakarta   Ketika IMF dan Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia…

Pembelian Hutchison Ports

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Proses akuisisi saham CK Hutchison di 43 pelabuhan atau…

Inovasi Bisnis LKMS

  Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Pengembangan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) seperti koperasi sebenarnya memiliki potensi yang…

BERITA LAINNYA DI

Susun Ulang Strategi Fiskal

  Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom  UPN Veteran Jakarta   Ketika IMF dan Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia…

Pembelian Hutchison Ports

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Proses akuisisi saham CK Hutchison di 43 pelabuhan atau…

Inovasi Bisnis LKMS

  Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Pengembangan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) seperti koperasi sebenarnya memiliki potensi yang…