Oleh: Agus Yuliawan
Pemerhati Ekonomi Syariah
Sejak ada surat memo Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 320/I.0/A/2024 tentang konsolidasi dan melakukan rasionalisasi dana simpanan berupa pemindahan dana dari Bank Syariah Indonesia (BSI) ke bank syariah lain. Semua institusi Persyarikatan secara struktural mulai dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) hingga Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) bersikap sami'na wa atho'na untuk melaksanakannya. Hal itu bisa dilihat dari informasi dari media massa elektronik bagaimana PWM di berbagai wilayah mengkonsolidasikan, begitu juga AUM–AUM di bawah Majelis dan Lembaga di Persyarikatan yang juga langsung memindahkan dananya ke bank syariah lain.
Saya tidak mengupas tentang sebab alasan mengapa Muhammadiyah melakukan pemindahan dana dari BSI ke bank syariah lain ? Atau apa dampak likuiditas BSI atas penarikan dana Muhammadiyah? Sebab sudah banyak para pengamat dan ahli mengulas hal itu yang dimuat berbagai media. Tulisan ini ingin mempertanyakan kembali sejauh mana respon warga Muhammadiyah sebagai kekuatan “kultural” di Persyarikatan, apakah bersikap sami'na wa atho'na seperti yang dilakukan oleh jaringan struktural Persyarikatan dalam beberapa minggu yang lalu. Atau bagaimana?
Hal ini sangat menarik sekali untuk dikaji, karena selama ini memo Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 320/I.0/A/2024 itu dinilai belum ada gerakan yang masif yang dilakukan oleh para warga Muhammadiyah untuk melakukan penarikan dana pribadinya dari BSI ke bank syariah lainnya. Toh jika ada, hanya beberapa personal pribadi warga Muhammadiyah yang melakukanya secara sporadis dengan melakukan upload postingan di sosial media yang menggambarkan menyisakan saldo rekening BSI tinggal Rp 179.
Gerakan pribadi tersebut sayangnya hingga saat ini belum terkoordinasi sama sekali oleh kekuatan “kultural” Persyarikatan di berbagai wilayah dan daerah. Jika ini terjadi akan menjadi sebuah kekuatan bagi warga Muhammadiyah untuk memiliki kesamaan pandang dalam mendukung instruksi memo Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Maka di perspektif ini sebenarnya, “nyali” Warga Muhammadiyah di uji komitmennya sebagai bagian dari ekosistem organisasi Islam berkemajuan tersebut untuk memiliki nada yang sama.
Diakui tentang karakter warga Muhammadiyah yang ideal dimiliki oleh seluruh warga Muhammadiyah, pernah di sampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pustaka dan Informasi Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M. Si, dimana Muhammadiyah memiliki slogan yang khas, yaitu Islam berkemajuan. Arti dari Islam berkemajuan salah satunya adalah Muhammadiyah tidak mencari permusuhan, melainkan selalu mencari kawan. Warga Muhammadiyah itu lebar dada, selalu tersenyum, gembira dan bahagia. Supaya kita selalu bahagia, kuncinya adalah berkata santun, rendah hati, dermawan, husnul khuluq dan rajin silaturahmi.
Dengan apa yang disampaikan oleh Prof Dadang itu, maka salah satu ciri warga Muhammadiyah itu adalah lebar dada. Untuk itu ketika ada surat memo Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga harus lebar dada untuk melaksanakannya, meskipun dari pihak BSI itu menghubungi dan silaturahmi ke warga dengan merayu serta berharap agar tidak memindahkan dananya ke bank syariah lain.
Kita semua ingin melihat sikap dan nyali warga Muhammadiyah yang merupakan “massa rasional” dalam memandang kasus BSI ini. Apakah warga Muhammadiyah tegak lurus dengan organisasi yang digariskan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah ataukah bersikap “wait and see? Mari kita tunggu dan kita uji nyali warga Muhammadiyah yang sangat militan itu dalam beberapa bulan ke depan ini.
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Lembaga atau badan wakaf yang ada di Tanah Air jumlahnya sangat banyak, baik berbasis…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Rilis terbaru menegaskan bahwa jumlah kemiskinan di…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Belakangan ini, berbagai ruang publik, baik media sosial maupun bermacam forum diskusi,…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Lembaga atau badan wakaf yang ada di Tanah Air jumlahnya sangat banyak, baik berbasis…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Rilis terbaru menegaskan bahwa jumlah kemiskinan di…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Belakangan ini, berbagai ruang publik, baik media sosial maupun bermacam forum diskusi,…