NERACA
Jakarta – Jaga pertumbuhan harga saham di pasar, PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menyiapkan dana senilai maksimal Rp200 miliar untuk melakukan aksi buyback atau pembelian kembali saham. Dana buyback akan bersumber sepenuhnya dari kas internal perseroan, bukan dari hasil penawaran umum ataupun pinjaman. Dana ini mencakup pembelian saham di pasar, biaya komisi broker, dan biaya lain yang terkait.
Corporate Secretary Prodia, Marina Eka Amalia dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, aksi buyback ini dilakukan untuk meningkatkan nilai pemegang saham dan profitabilitas perseroan.”Dalam kondisi pasar modal yang berfluktuasi signifikan, buyback merupakan langkah strategis Perseroan untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang, menstabilkan harga saham, dan memperkuat kepercayaan pasar,”ujarnya.
Disampaikannya, aksi korporasi tersebut bakal dilakukan selama periode 3 bulan, terhitung sejak 8 Mei 2025 hingga 7 Agustus 2025, secara bertahap maupun sekaligus melalui Bursa. Adapun manajemen perseroan menegaskan, aksi buyback ini tidak akan memberikan dampak negatif terhadap kinerja perseroan, sebab perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melakukan aksi pembelian kembali.
Oleh karenanya, lanjur Marina, tidak akan mengganggu kebutuhan operasional ataupun menyebabkan penundaan pembayaran yang jatuh tempo dan biaya yang akan timbul dari buyback saham ini tidak material sehingga tidak menyebabkan turunnya pendapatan perseroan. Sebagai informasi, perseroan pernah menyampaikan rencana membawa unit usahanya PT Prodia Diagnostic Line (Proline) untuk melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Dari semua unit bisnis Prodia yang akan IPO lebih dulu adalah Proline. Memang rencana kami Proline untuk IPO dan semua harus ditata dulu dengan baik. Jadi kalau sesuai rencana, mudah-mudahan sesuai jadwal kira-kira 2-3 tahun," kata Komisaris Utama Prodia Widyahusada, Andi Wijaya.
Disampaikannya, Prodia Widyahusada sudah mengakuisisi 39% saham dari PT Prodia Diagnostic Line (Proline) dari PT Prodia Utama. Transaksi afiliasi itu dilakukan pada 27 Juni 2024. Dengan kepemilikan saham sebesar 39%, PRDA tidak memiliki pengaruh signifikan di PT Prodia Diagnostic Line karena perusahaan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan di PT Prodia Diagnostic Line.
Proline berdiri sejak 2010 dan mulai berproduksi pada 2012. Lini produk Proline a.l. reagen kimia klinik, urine strip, produk molekuler, imunologi, instrumen, rapid diagnostic test, serta instrumen IVD dan spare parts untuk IVD.
Andi menambahkan, Proline sudah menyediakan produk untuk 4.800 dari 10.416 puskesmas di Indonesia. Kinerja itu sekaligus mendukung program pemerintah, yakni cek kesehatan gratis (CKG). Terkait dengan ekspansi, lanjutnya, Proline sedang membangun fasilitas baru seluas 5.500 m² dan luas bangunan 9.690 m² di Jababeka Cikarang yang ditargetkan beroperasi pada April 2025. "Nanti [fasilitas Proline] akan diresmikan pada 25 April mendatang oleh Menteri Kesehatan," tambahnya.
Di usianya ke-53, PT Blue Bird Tbk meluncurkan kampanye #53laluDiandelin sebagai bentuk komitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan dapat…
NERACA Jakarta – Perkuat struktur permodalan guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) bakal menambah modal lewat skema…
Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, TelkomGroup kembali menyelenggarakan Digiland 2025, perhelatan tahunan yang menjadi wadah kolaborasi teknologi, olahraga, edukasi, hingga…
Di usianya ke-53, PT Blue Bird Tbk meluncurkan kampanye #53laluDiandelin sebagai bentuk komitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan dapat…
NERACA Jakarta – Perkuat struktur permodalan guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) bakal menambah modal lewat skema…
Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, TelkomGroup kembali menyelenggarakan Digiland 2025, perhelatan tahunan yang menjadi wadah kolaborasi teknologi, olahraga, edukasi, hingga…