NERACA
Jakarta – Dalam momentum 3 (tiga) tahun perjalanan transformasi bisnis dan organisasi yang membentuk Holding dan Subholding, Pertamina memperkuat peran strategisnya dalam implementasi Tata Nilai AKHLAK di lingkungan BUMN dengan meningkatkan semangat budaya “ONE Pertamina” agar dapat meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan, meningkatkan engagement pekerja Pertamina Group, sehingga tercipta high performance culture yang ditandai dengan peningkatan maturity level organization culture.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan di tengah banyaknya tantangan yang dihadapi perusahaan, seluruh manajemen dan pekerja Pertamina perlu menyamakan persepsi, mindset dan cara bekerja, terutama dalam berinteraksi antar entitas di lingkungan Pertamina Group.
“Oleh karena itu tata nilai AKHLAK harus menjadi panduan kita bersama melalui ONE Pertamina yang diberikan makna baru “Onward to Next Level of Excellence”, sebagai pondasi strategi Pertamina untuk mencapai aspirasi menuju global energy company di-tahun 2024,” ungkap Fadjar.
Budaya organisasi ONE Pertamina merupakan momentum penting dalam memperkuat kolaborasi sebagai Pertamina Group. Karena setiap entitas bisnis Pertamina memiliki program spesifik dan kreatifitas dalam mengelola keunikan proses bisnisnya.
“ONE Pertamina lebih kepada orientasi untuk saling bersinergi sesama unit bisnis Pertamina Group dan loyalitas yang mengarah kepada pencapaian aspirasi visi Pertamina” jelas Fadjar.
Lebih lanjut, Di tengah berbagai tantangan global, PT Pertamina (Persero) sukses mengembangkan berbagai inovasi bisnis untuk dekarbonisasi, atau penurunan emisi karbon dan efek Gas Rumah Kaca (GRK). Hingga akhir tahun 2022, total penurunan emisi mencapai 7,9 juta ton CO2e atau setara 31,06% dibandingkan dengan baseline emisi tahun 2010.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, sebagai perusahaan energi di Indonesia, Pertamina harus mampu mengatasi global energy transition dan berbagai tuntutan untuk perubahan dengan menyusun roadmap, agar perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan (sustainable growth).
“Karena Indonesia masih menggunakan energi fosil, maka seluruh lini bisnis Pertamina bersama-sama menurunkan emisi karbon. 31% ini angka yang tidak kecil dan effort dari semua pihak,” tambah Nicke.
Menurut Nicke, tahun sebelumnya target pemerintah 29% dan Pertamina telah melampaui target tersebut. Pengurangan emisi, sebagaimana tertuang pada Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Republik Indonesia, merupakan bentuk komitmen Perseroan untuk berkontribusi dalam target perubahan iklim dan transisi energi dalam mencapai target Net Zero Emission. Kebijakan yang berlaku di Pertamina Group ini dilakukan melalui implementasi dekarbonisasi, akselerasi greenbusiness dan green operation, serta pengembangan kapabilitas sumber daya manusia dan organisasi. Selain itu, penggunaan teknologi hijau dan inovasi digital, pengembangan bisnis pasar karbon dan inovasi model bisnis.
Inisiasi green business dilakukan di berbagai lini usaha Pertamina untuk mewujudkan program transisi energi dan dekarbonisasi. Salah satunya di sektor hulu, melalui pemanfaatan, penyimpanan dan penangkapan karbon (CarbonCapture, Utilization and Storage / CCUS) dan telah berhasil melakukan injeksi perdana CO2 di Lapangan Pertamina EP Jatibarang Field.
Di sektor pengolahan, inovasi dalam rangka memproduksi biofuel terus berlanjut dan telah terbukti dengan beroperasinya Kilang Hijau (Green Refinery) Cilacap Phase 1 yang mampu menghasilkan Green Diesel sebesar 3.000 barel per hari (bpd). Pengenalan produk Green Diesel ini telah diawali dengan ekspor perdana Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) ke Eropa dan liftingperdana untuk kebutuhan domestik.
Langkah Perseroan menggiatkan transisi energi juga mengambil peran besar dalam penurunan emisi ke depan. Melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI) selaku subholding Power, New and Renewable Energy, Pertamina mengembangkan energi panas bumi (geothermal), hidrogen, baterai kendaraan listrik dan Energy Storage System (ESS), serta upaya penambahan kapasitas energi baru terbarukan lainnya.
Dengan berbagai upaya dekarbonisasi tersebut, Pertamina mampu meningkatkan rating ESG (Environment, Social & Governance) Pertamina dari Sustainalytics, pada tahun 2022 menjadi 22,1 dari sebelumnya 28,1 (rating rendah lebih baik). Dengan rating tersebut, Pertamina berada di urutan ke-2 dunia dalam sub sektor industri oil and gas terintegrasi.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
Lebih lanjut, terkait dengan ESG, penguatan ESG juga terus dilakukan dengan berbagai upaya, di antaranya adalah dengan proses pendampingan untuk mendapatkan sumber sumber dana berkelanjutan.
NERACA Jakarta – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita kembali menegaskan bahwa Indonesia tidak sedang dalam fase deindustrialisasi. Sebab, beberapa indikator…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia menanggapi dengan tegas kebijakan Amerika Serikat (AS) yang memberlakukan tarif impor sebesar 32 persen terhadap…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan perusahaan industri mengapresiasi terbitnya Perpres (Peraturan Presiden) baru tentang PBJ (Pengadaan Barang dan…
NERACA Jakarta – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita kembali menegaskan bahwa Indonesia tidak sedang dalam fase deindustrialisasi. Sebab, beberapa indikator…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia menanggapi dengan tegas kebijakan Amerika Serikat (AS) yang memberlakukan tarif impor sebesar 32 persen terhadap…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan perusahaan industri mengapresiasi terbitnya Perpres (Peraturan Presiden) baru tentang PBJ (Pengadaan Barang dan…